Thursday, July 24, 2008

Mengungkap Kemisteriusan Lewat Cenayang

Judul Film : The X-Files: I Want To Believe
Genre : Science-Fiction
Pemain : David Duchovny, Gillian Anderson, Amanda Peet, Alvin Joiner, Billy Connolly
Sutradara : Chris Carter
Produksi : 20th Century Fox
Durasi : 106 menit


Kisah serial televisi The X Files kembali diangkat ke layar lebar. Kali ini berjudul The X Files: I Want to Believe. Sebelumnya, serial terhebat setelah Star Trek menurut majalah TV Guide ini pernah diputar di bioskop dengan judul The X Files: Fight the Future pada tahun 1998.

Cerita kali ini tak jauh berbeda dengan serial-serial sebelumnya yang berusaha mengungkap misteri melalui hal-hal yang tak dapat diterima akal sehat. Film ini berkisah tentang usaha Fox Mulder (David Duchovny) dan Dana Scully (Gillian Anderson) memecahkan misteri pembunuhan.

Alur film ini diawali dengan pencarian seorang agen FBI yang hilang di sebuah areal yang tertutup salju. Pencarian ini dibantu oleh Joseph Crissman (Billy Connolly), seorang pendeta yang bisa juga menjadi cenayang. Namun, mereka tidak berhasil menemukan agen tersebut.

Karena kesulitan menemukan agen FBI yang hilang, agen Mosley Drummy (Alvin Joiner) meminta bantuan Scully untuk membujuk Mulder. Mulder pun memenuhi permintaan para FBI. Pencarian kembali dilakukan.

Sayangnya, para agen FBI tidak percaya dengan usaha pencarian dengan mengandalkan ‘penglihatan’ paranormal itu. Lain halnya dengan Mulder. Dia sangat yakin usaha pencarian ini akan berhasil. Dia pun mengikuti setiap petunjuk yang diberikan Joseph.

Di tengah usaha pencarian agen FBI yang hilang, terjadi pula pembunuhan lain. Menurut Joseph, kejadian tersebut mempunyai keterkaitan dengan hilangnya agen FBI. Joseph juga memastikan bahwa agen FBI yang hilang itu masih hidup.

Sementara itu, Scully yang berprofesi menjadi dokter lebih mementingkan pasiennya yang mengalami kelainan di otak. Mulder yang membutuhkan bantuan Scully terus membujuk sang dokter agar tetap terlibat dalam usaha pencarian ini. Namun, itu tidak berhasil. Meskipun begitu, hati Scully tetap ingin berusaha membantu para agen FBI dan Mulder. Apalagi, Joseph pernah mengatakan kepada Scully untuk tidak menyerah.

Film yang masih mempertahankan akting David Duchovny dan Gillian Anderson cukup berhasil mengobati kerinduan penonton pada serial The X Files. Maklum, sejak 2002 serial yang selalu memberikan misteri ini telah berhenti produksi.

Film ini seolah-olah juga menjadi reuni antara Duchovny dan Anderson. Hal tersebut bahkan digambarkan ke dalam film ketika Scully membujuk Mulder untuk membantu FBI. Wajah berewok Mulder menandakan bahwa mereka sepertinya sudah lama tidak bertemu.

Film berdurasi 106 menit ini tetap mempertahankan kekhasan serial The X Files, yaitu sisi kemisteriusan. Sejak awal film, penonton langsung disuguhi inti permasalahan dari jalinan cerita yang dibuat oleh Chris Carter dan Frank Spotnitz. Namun, setiap adegan tersebut masih menyimpan teka-teki.

Melalui hal itu, penonton terus digiring untuk terus mengikuti alur cerita hingga akhir. Pemberian petunjuk-petunjuk baru menguatkan kemisteriusan film ini. Bahkan, penjabaran mengenai hal ini ditampilkan sewajarnya oleh Carter.

Di samping itu, pemberian sedikit cerita mengenai dedikasi Scully yang berprofesi sebagai dokter memberikan nuansa lain. Apalagi film ini juga diselipkan sedikit pertikaian dan masih dibumbui keromantisan antara Mulder dan Scully. Hasilnya, penonton tidak melulu dihadapkan pada kemisteriusan cerita ini, tapi ada hal lain yang tak kalah menarik.

Sayangnya, ujung cerita film yang diproduksi 20th Century Fox ini tak sedramatis yang dibayangkan. Akhir film dibuat datar, tak ada ketegangan yang cukup berarti. Sepertinya, Chris Carter masih ingin mengingatkan penonton bahwa film ini memang berasal dari sebuah film serial di televisi dan telah memenangkan beberapa penghargaan.

Monday, July 14, 2008

Mobil-Mobil Hijau di IIMS

Pergelaran akbar otomotif Tanah Air, Indonesia International Motor Show (IIMS), kembali hadir untuk ke-16 kalinya. Ajang yang diselenggarakan oleh Gaikindo ini diadakan pada 11–20 Juli 2008 di Jakarta Convention Center. Guna mendukung pergelaran tersebut, sejumlah pabrikan berlomba untuk memamerkan kendaraan-kendaraan andalannya.

Ajang yang mendapat dukungan penuh dari The International Organization Motor Vehicle Manufactures (OICA) ini mengambil tema ‘Advanced Motoring, Hi-Quality Living’. Tema ini merefleksikan komitmen industri otomotif nasional untuk selalu mengedepankan perkembangan produk yang inovatif dan ramah lingkungan serta semakin aman dan nyaman ketika dikendarai. Apalagi, hal itu sejalan dengan konferensi perubahan iklim atau United Nations Framework for Climate Change Conference (UNFCCC) yang diadakan di Nusa Dua, Bali, beberapa waktu lalu.

Oleh karena itu, di ajang tahunan ini beberapa pabrikan tak hanya akan memamerkan kendaraan andalannya, tetapi juga mobil-mobil ramah lingkungan. Sejumlah pabrikan tersebut di antaranya, Toyota, Mitsubishi, dan Honda. Namun, tak menutup kemungkinan pabrikan lain juga akan mengusung ‘mobil hijaunya’.

Toyota i-Real dan FT-HS

Toyota, yang getol membuat mobil ramah lingkungan, untuk IIMS kali ini berencana memboyong i-Real. Kendaraan lanjutan dari mobil i-Unit dan i-Swing ini merupakan wujud keseriusan Toyota dalam mengembangkan teknologi personal mobility. Bahkan, pihak Toyota mengklaim kendaraan ini sudah mendekati tahap untuk dijual secara komersial.

i-Real merupakan mobil konsep tiga roda keluaran Toyota yang memiliki dua tingkat kecepatan berbeda, yaitu low speed dan high speed. Untuk bermanuver, kendaraan pribadi ini dilengkapi kontrol operasi di salah satu bagian arm rest.

Saat dilajukan pada kecepatan rendah, jarak sumbu roda i-Real akan memendek sehingga bisa bergerak natural. Sebaliknya, pada kecepatan tinggi, wheelbase akan menjadi panjang, tingginya turun, dan stabilitas meningkat karena titik pusat gravitasi juga turun. Dengan begitu, kinerja pengendalian lebih baik.

Ringkasnya, pada kecepatan rendah dimensi mobil ini berukuran panjang 995 mm, lebar 700 mm, tinggi 1.430 mm dengan wheelbase 485 mm. Adapun pada kecepatan tinggi dimensi i-Real menjadi 1.510 mm x 700 mm x 1.125 mm dengan jarak sumbu roda 1.040 mm.

Kelebihan i-Real ketimbang pendahulunya terlihat pada material bodi yang dipakai. Bodi i-Real menggunakan plastik karbon fiber ringan. Bahan material kendaraan ini bahkan menggunakan kenaf, salah satu jenis tanaman yang berasal dari Indonesia.

Selain itu, karena hanya dapat digunakan oleh satu orang, kendaraan ini bisa berakselarasi dengan para pejalan kaki di pedestrian. Untuk menunjang keamanan, mobil ini dilengkapi sensor detektor tabrakan. Pengemudi diperingatkan lewat suara dan getaran dan sekaligus memperingatkan orang lain lewat cahaya dan suara.

Kendaraan hijau dari Toyota yang lain yaitu, FT-HS. FT-HS atau Future Toyota Hybrid Sport, menurut perancang konsep mobil FT-HS Chiharu Tamura, serasa mobil Ferrari, tapi dengan bahan bakar seirit mobil dengan mesin empat silinder.

Untuk menunjang sebagai mobil sport, kendaraan ini dipersenjatai mesin V6 3.5 liter. Mesin ini menggabungkan antara mesin bensin dan motor elektrik. Mesin ini juga dilengkapi dengan Toyota Hybrid Synergy Drive sehingga mampu menghasilkan tenaga hingga 400 tenaga kuda. Untuk berakselerasi dari 0 hingga 100 km/jam hanya dibutuhkan waktu empat detik.

Agar dapat berakselarasi di jalanan, kendaraan ini menggunakan carbon-fiber wheels yang dibalut ban berdiameter besar dan lebar yaitu 245/35R21 untuk di depan dan 285/30R21 di belakang. Mobil ini juga menggunakan konfigurasi kursi 2 + 2.

Di samping kendaraan tersebut, Toyota juga masih memiliki mobil hijaunya yang lain. Mobil itu di antaranya Prius Hybrid, 1/X, FT-MV, Hi-CT, RiN, iQ Concept, serta Crown Hybrid Concept. Namun, mobil-mobil ini tidak dipamerkan pada IIMS 2008.

Mitsubishi i-MiEV

Pabrikan kendaraan Mitsubishi juga tak mau kalah dengan pesaingnya, Toyota, dalam menciptakan kendaraan ramah lingkungan. Pada ajang otomotif terbesar di Indonesia ini, Mitsubishi akan memamerkan mobil listrik ‘i’ Mitsubishi innovative Electric Vehicle atau i-MiEV.

Kendaraan hijau dari Mitsubishi ini sudah lama diperkenalkan. Tepatnya pada tahun 2006 di ajang 22nd International Battery, Hybrid and Fuel Cell Electric Vehicle Symposium & Expo yang diselenggarakan di Yokohama, Jepang. Namun, saat itu masih berupa mobil konsep.

Meskipun begitu, Mitsubishi Motors Corporation (MMC) tetap akan memasarkan mobil mungil ini pada tahun depan di Jepang. Awalnya, mobil ini akan mulai dipasarkan tahun 2010. Namun, jadwal itu dimajukan. Itu dilakukan sebagai bagian dari rencana mengurangi efek pemanasan global dan ketergantungan terhadap minyak.

i-MiEV yang digerakkan dengan motor listrik memiliki kekuatan sebesar 47 kW atau setara dengan 64 PS. Sementara putaran torsi maksimalnya 180 Nm pada 8.500 rpm. Kecepatan maksimum yang dapat dicapai sekitar 130 km/jam.

Kendaraan ini mengandalkan tenaga dari baterai lithium ion (Li-ion) yang disimpan di lantai kendaraan. Baterai ini tentu berkapasitas tinggi. Setiap baterai yang terpasang memiliki 22 modul. Adapun setiap modul mempunyai empat sel.

Tenaga yang dikeluarkan baterai ini sekitar 16 kWh. Untuk mendapatkan tenaga sebesar itu dapat dilakukan pengisian dengan tiga cara, yakni menggunakan colokan 100 Volt, 200 Volt, atau quick charge 200 Volt. Untuk colokan rumah, terdapat di kanan belakang mobil, sedangkan colokan quick charge ada di kiri belakang mobil.

Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi ulang baterai bervariasi. Bila menggunakan colokan 100 Volt, dibutuhkan sekitar 14 jam. Sementara untuk 200 Volt, diperlukan 7 jam, sedangkan dengan quick charge selama 30 menit atau baru 80% dari kapasitas penuh. Namun, itu sudah mencukupi untuk melajukan kendaraan. Jika tenaga diisi penuh, baterai ini dapat menggerakkan mobil sejauh 160 km tanpa mengoperasikan penyejuk udara.

Mobil mungil nan ramah ini pernah diikutsertakan pada konferensi perubahan iklim di Nusa Dua, Bali, akhir tahun lalu. Di samping itu, mobil ini juga digunakan pada acara pertemuan negara-negara G8 atau ‘G8 Hokkaido Toyako Summit’ yang akan membahas isu pemanasan global. Acara tersebut dilaksanankan di Toyako, Hokkaido, Jepang, pada 7–9 Juli 2008.

Honda Civic Hybrid

Seperti tahun lalu pada ajang IIMS ke-16, kali ini PT Honda Prospect Motor (PT HPM) masih memajang Honda Civic Hybrid. Kendaraan ini menggunakan tenaga motor elektrik sebagai pendukung mesin berbahan bakar bensin. Dengan kata lain, mesin berbahan bakar bensin sebagai sumber tenaga utama, sedangkan motor elektrik sebagai alat untuk menghasilkan efisiensi bahan bakar dan emisi yang bersih.

Sedan ramah lingkungan ini menampilkan perpaduan mesin i-DSI dan 3-stage i-VTEC 1.3 liter. Mesin i-DSI memiliki empat silinder yang menggunakan dua busi di tiap silinder. Dengan begitu, hasil pembakaran menjadi lebih sempurna. Adapun mesin 3-stage i-VTEC dapat mengatur tiga tahapan valve timing (low-rpm, high-rpm, dan cylinder idle mode) sesuai dengan kondisi berkendara.

Kedua mesin ini juga dipadukan dengan sistem IMA (Integrated Motor Assist) yang telah disempurnakan. Fungsi mesin ini untuk mendapatkan tenaga lebih besar 20% dan konsumsi bahan bakar lebih ekonomis 5% dibanding pendahulunya.

Pada kecepatan rendah sistem mesin ini dapat menghasilkan torsi setara dengan mesin bensin berkapasitas 1.8 liter. Selain itu, sistem ini mampu menekan penggunaan bahan bakar hingga 31.0 km/l. Sistem ini juga menghasilkan emisi yang cukup rendah, yaitu tingkat emisi 75% di bawah standar batas emisi yang ditetapkan pemerintah Jepang untuk tahun 2005.

Mesin bensin yang dibenamkan di Civic Hybrid mampu menghasilkan tenaga sebesar 70 kW (95 PS) pada 6.000 rpm dengan torsi 123 Nm (12,5 kgm) pada 4.500 rpm. Sementara mesin elektriknya dapat menyemburkan tenaga hingga 15 kW (20 PS) pada 2.000 rpm dengan torsi 103 Nm (10,5 kgm) pada 0–1.160 rpm. Jadi, sedan hijau ini memiliki total tenaga sebesar 85 kW (115 PS) dengan torsi 167 Nm (17,0 kgm).

Tahun lalu, PT HPM bahkan menyewakan dan menjual kendaraan ini. Biaya sewa yang dikenakan sebesar Rp 9 juta untuk pemakaian selama sebulan untuk jangka waktu 1-3 tahun
dengan semua biaya perawatan ditanggung
PT HPM. Sementara harga yang dipatok untuk sedan hijau ini sekitar Rp 490 juta untuk wilayah Jakarta.

Kocaknya Sebuah Kapal Luar Angkasa

Judul Film : Meet Dave
Genre : Fiksi/Komedi
Pemain : Eddie Murphy, Elizabeth Banks, Gabrielle Union, Ed Helms, Brandon Molale, Austyn Lind Myers
Sutradara : Brian Robbins
Produksi : 20th Century Fox
Durasi : 90 menit


Sebuah benda berbentuk bola api meluncur dari langit. Kemudian, jatuh di sebuah rumah dan masuk ke akuarium. Tak berapa lama air di akuarium tersedot oleh Orb, benda angkasa tersebut yang dapat menyerap garam dari lautan di bumi.

Sementara itu, sebuah kapal angkasa mendarat di Pulau Liberty, tempat patung kebanggaan rakyat AS berdiri. Anehnya, kapal tersebut berbentuk manusia. Kapal itu dikendalikan oleh Kapten (Eddie Murphy) dan beberapa awaknya yang menggerakkan kapal agar bertingkah laku mirip manusia.

Kapten dan awaknya merupakan makhluk dari planet Nil yang berbentuk manusia mini. Kedatangan mereka untuk mengambil Orb. Orb akan digunakan sebagai sumber tenaga di planet mereka yang mengalami krisis energi.

Karena kapal tersebut berbentuk manusia, mau tidak mau kapal tersebut harus berinteraksi dengan penduduk bumi. Untuk membantu menjalani kehidupan di bumi, Kapten dan awaknya mengandalkan mesin pencari Google dan Yahoo. Sampai akhirnya, kapal tersebut bertemu Gina Morison (Elizabeth Banks). Kapten dan awaknya kikuk karena tidak tahu harus berbuat apa. Nama pun tidak punya.

Akhirnya kapal tersebut menyebut dirinya sebagai Dave Ming Chang. Menurut mesin pencari tersebut, nama itu banyak digunakan oleh penduduk di bumi. Lambat laun Kapten dapat mengendalikan kapalnya untuk berinteraksi dengan manusia, terutama Gina.

Sementara itu, anak Gina, Josh (Austyn Lind Myers), menjadi penemu Orb. Sayang, Orb itu diambil paksa oleh teman Josh.

Seperti sudah direncanakan, akhirnya Josh dan Dave bertemu. Karena tingkah laku Dave yang aneh, Josh berpikiran bahwa Dave adalah makhluk luar angkasa. Hal itu ditanyakan Josh. Josh juga bertanya mengapa Dave datang ke bumi. Dave pun mengatakan yang sebenarnya bahwa mereka mencari Orb.

Seiring berjalannya waktu, Kapten beserta awaknya yang awalnya menganggap manusia sebagai makhluk kejam, akhirnya menyadari bahwa manusia itu memiliki sesuatu yang kompleks. Bahkan, mereka menganggap kehidupan di bumi sungguh menyenangkan.

Namun, salah seorang awak kapal menganggap Kapten dan awak yang lain telah melupakan tujuan awal mereka, yaitu mencari Orb. Awak kapal tersebut bahkan mengatakan hampir seluruh awak kapal terbuai oleh keindahan kehidupan di bumi.

Dia pun melakukan kudeta dengan dibantu beberapa awak kapal. Kapten dipenjara. Bahkan bersama awak Nomor 3, Kapten dibuang keluar kapal.

Kapal yang telah berganti pemimpin melakukan kekacauan di bumi. Itu dilakukan untuk mencari Orb.

Setiap film yang dibintangi Eddie Murphy selalu mengundang tawa penonton. Misalnya seperti film Beverly Hills Cop, The Nutty Professor I dan II, Daddy Day Care, Dr Doolittle, dan Norbit. Dalam film ini pun, akting Eddie kerap membuat penonton tersenyum. Tak hanya dari gaya berbicaranya, tingkah laku dan mimik wajah aktor kulit hitam ini mampu menghidupkan suasana.

Seperti yang terlihat di awal film ketika kapal wujud manusia itu hadir. Dengan pakaian jas tahun 1970-an, Eddie harus berjalan layaknya orang pincang. Tapi dengan gaya yang berubah-ubah. Begitu pula mimik wajahnya. Eddie begitu lihai mengubah mimik dari muka kaku, tersenyum dengan hati terpaksa, dan lainnya. Bahkan, dia bisa tampil berwibawa saat menjadi pemimpin kapal. Sepertinya, roh film ini ada pada diri Eddie karena dia memainkan dua karakter yang berbeda.

Cerita yang ditulis oleh Robb Greenberg dan Bill Corbett ini juga mudah diikuti. Alurnya bahkan sederhana untuk dipahami, meski ada sedikit adegan yang dibuat terkesan bertele-tele. Namun begitu, film bergenre komedi dan diarahkan oleh Brian Robbins ini layak untuk ditonton sebagai hiburan.

Tuesday, July 08, 2008

Transformasi Perangai Pemuda Pecundang

Judul Film : Wanted
Genre : Aksi/thriller
Pemain : James McAvoy, Morgan Freeman, Angelina Jolie, Terrence Stamp, Thomas Kretschmann, David O’Hara
Sutradara : Timur Bekmambetov
Produksi : Universal Pictures
Durasi : 110 menit


Pertarungan tak imbang terjadi di atap sebuah gedung. Satu orang melawan lima orang. Namun, pertarungan itu dimenangi satu orang, yaitu Mr X (David O’Hara). Sayang ia kemudian tersungkur karena tertembus peluru yang dilesakkan seseorang dari jauh.

Sementara itu, akuntan pelanggan, Wesley Gibson (James McAvoy), selalu ditekan oleh bosnya karena dianggap tak becus bekerja. Ia juga merasa hidupnya menjemukan. Apalagi ia hidup sendiri tanpa mengenal seorang ayah. Hidup Wesley makin tak menyenangkan karena pacarnya berselingkuh dengan teman sekantor Wesley.

Sampai akhirnya Wesley bertemu Fox (Angelina Jolie), anggota Fraternity, di sebuah supermarket. Fraternity merupakan kelompok pembunuh yang berprinsip bunuh satu orang, selamatkan seribu. Konon, kelompok ini sudah ada sejak ribuan tahun untuk menjaga keseimbangan hidup.

Kelompok Fraternity sengaja merekrut Wesley. Sebab, Wesley memiliki kekuatan yang selama ini tidak ia sadari. Buktinya, ia mampu menembak sayap lalat yang sedang terbang. Selain itu, Wesley merupakan keturunan pembunuh berdarah dingin yang juga anggota Fraternity, yaitu Mr X. Sayangnya, Mr X telah terbunuh.

Melalui kelompok yang dipimpin Sloan (Morgan Freeman) ini, Wesley yang sebelumnya sebagai pemuda pecundang berubah menjadi seorang pembunuh berdarah dingin. Berbagai latihan dijalani, mulai dari bertarung dengan senjata sampai melesatkan peluru yang bisa berbelok. Tujuannya ingin membalas dendam kematian sang ayah.

Adalah Cross (Thomas Kretschmann) yang menjadi incaran Wesley. Namun, Sloan belum bisa memerintahkan Wesley untuk membunuh Cross. Sebab, itu belum tercetak dalam daftar orang yang akan dibunuh. Uniknya, daftar orang yang akan dibunuh muncul melalui hasil rajutan yang berisi kode dari sebuah alat pemintal.

Sampai suatu ketika nama Cross muncul. Wesley pun mengejar Cross. Ternyata Fox juga diperintahkan Sloan untuk membunuh Wesley karena nama pemuda itu juga muncul di rajutan tersebut. Namun selanjutnya, Wesley mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelompok Fraternity. Pertarungan pun makin seru.

Film yang mulai tayang pada 9 Juli di Tanah Air ini banyak menghadirkan aksi tembak-tembakan. Sejak pertengahan film hingga akhir, peristiwa saling melesatkan peluru kerap hadir. Bahkan, yang menarik, peluru yang dilesatkan bukan hanya mengarah lurus ke sasaran, tetapi juga dapat berbelok.

Penampilan manis nan apik dari Angelina Jolie cukup diacungi jempol. Aksinya sungguh berani dan menantang. Misalnya ketika adegan Wesley dan Fox dikejar Cross. Saat itu Fox terus menembak Cross sambil ‘menari’ di atas mobil. Bahkan, Fox juga harus melenturkan tubuhnya untuk menghindari sebuah mobil yang akan menabraknya.

Rupanya film laga seperti ini yang digemari istri Bradd Pitts. Aksi Jolie tak kalah dengan film yang telah tayang beberapa waktu lalu seperti Mr and Mrs Smith (2005) dan Lara Croft: Tomb Raider (2003).

Ide cerita film ini diangkat dari komik dengan judul yang sama karya Mark Millar dan JG Jones. Menariknya, film ini disutradarai oleh Timur Bekmambetov yang asli Rusia tapi kelahiran Kazakstan. Wanted juga merupakan film berbahasa Inggris pertama bagi Bekmambetov.

Terlepas dari itu, film ini menyimpan pesan bahwa setiap orang dengan segala kekurangan dan kelebihannya berhak menentukan pilihan hidup. Inilah hal penting di balik film penuh desingan peluru karya Bekmambetov.

Monday, July 07, 2008

Superhero yang Temperamental

Judul Film : Hancock
Genre : Drama/Laga/Fantasi
Pemain : Will Smith, Charlize Theron, Jason Bateman, Jae Head
Sutradara : Peter Berg
Produksi : Columbia Pictures
Durasi : 92 menit


Kisah superhero dari Amerika lagi-lagi diangkat ke layar lebar. Namun, superhero ini tidak diadaptasi dari cerita komik, melainkan hasil dari sebuah imajinasi. Superhero ini juga tidak memakai topeng. Tampilannya pun mirip gelandangan. Jadi, identitas jagoan ini mudah diketahui banyak orang.

Film ini diawali dari sebuah SUV putih yang dikejar beberapa mobil polisi di siang hari. Rentetan tembakan diarahkan ke polisi. Sementara itu, John Hancock (Will Smith), tengah tertidur di sebuah kursi di pinggir jalan. Seorang anak kecil membangunkan dan membertahukan Hancock tentang kejadian kejar-kejaran itu. Hancock lalu mengambil botol bir, berdiri, dan terbang melesat ke tempat kejadian.

Penjahat itu berhasil dilumpuhkan. Sayang, penangkapan penjahat itu tidak lazim. Hancock membawa terbang SUV itu lalu menggantungkannya di sebuah gedung. Apalagi, Hancock juga merusak kendaraan polisi, gedung bertingkat, dan jalanan. Karena itu, Hancock bukan mendapatkan pujian, tetapi cacian dari masyarakat karena tindakan yang tidak terkontrol.

Hingga suatu ketika, dia bertemu Ray Embrey (Jason Bateman) yang ditolongnya ketika akan tertabrak kereta. Ray yang ingin balas budi berusaha memulihkan citra Hancock di mata masyarakat. Ray lalu membujuk Hancock untuk bersedia dipenjara karena kelakuannya. Ray juga meminta agar kelakuan Hancock diubah, temasuk kebiasaan menenggak minuman beralkohol. Hancock pun dipenjara.

Di penjara, Hancock berusaha menjadi orang baik. Namun, karena superhero itu ditahan, gelombang kejahatan meningkat. Hancock kemudian dibebaskan untuk mengatasi kejahatan. Dia berhasil. Akhirnya dia mendapat pengakuan dari masyarakat. Dia juga diterima masyarakat karena kelakukannya sudah membaik.

Namun begitu, sejak kehadiran Hancock di keluarga Embrey, istri Ray, Mary Embrey (Chalize Theron), tidak menyukai dia. Itu membuat Hancock tak enak. Padahal, Aaron (Jae Head), anak Ray, dapat menerima Hancock sepenuh hati.

Karena itu, Hancock mengajak Mary berbicara. Tanpa disangka, Mary juga memiliki kekuatan yang sama. Rupanya, mereka adalah pasangan superhero yang telah ada sejak lama. Karena Hancock mengalami amnesia, dia tak ingat jati diri Mary.

Takdir berkata lain. Mereka kini bertemu. Sayangnya, hal itu menyebabkan Hancock kehilangan kekuatannya. Hancock tertembak ketika akan mencegah perampokan di sebuah toko. Dia lalu dibawa ke rumah sakit.

Tanpa diduga Mary yang sedang mengunjungi Hancock juga tertembak oleh penjahat yang kabur dari penjara. Hancock menyerang penjahat itu. Namun, dia juga tertembak. Nyawa Hancock dan Mary di ujung tanduk.

Peter Berg, sang sutradara, cukup piawai menggarap film berdurasi 92 menit ini. Tak hanya kisah heroik Hancock yang ditampilkan, tetapi juga sisi humanis. Itu terlihat saat Ray ingin memperbaiki sikap Hancock dan kepedulian Mary terhadap Hancock saat dipenjara. Begitu juga penggambaran Hancock yang penyendiri, tetapi tetap ingin hidupnya berarti bagi orang lain.

Di samping itu, unsur komedi juga diselipkan. Misalnya, ketika Hancock menabrak papan petunjuk arah saat terbang. Sayangnya, unsur komedi ini juga dihadirkan dengan adegan yang tak pantas dilihat anak kecil.

Film ini juga tidak menggambarkan latar belakang Mary dan Hancock. Melalui dialog Mary, latar belakang mereka hanya disebutkan sebagai pasangan superhero yang telah ada sejak tahun sebelum masehi. Hancock juga ditakdirkan sebagai pelindung Mary. Itu dibuktikan dengan bekas luka pada tubuh Hancock. Tanpa adanya latar belakang tersebut, sepanjang film penonton bertanya-tanya dari mana asal dan kekuatan mereka.

Mengeruk Uang Lewat Matematika

Judul Film : 21
Genre : Drama
Pemain : Jim Sturgess, Kevin Spacey, Kate Bosworth, Laurence Fishburne, Aaron Yoo
Sutradara : Robert Luketic
Produksi : Columbia Pictures
Durasi : 123 menit

Uang memang segalanya. Uang juga bisa membutakan siapa saja. Tak terkecuali Ben Campbell (Jim Sturgess), pelajar jenius yang ahli di bidang matematika. Dia membutuhkan uang untuk membiayai pendidikan ke Universitas Harvard.

Kejeniusan Ben dalam menghitung diperhatikan Micky Rosa (Kevin Spacey), profesor matematika sekaligus guru Ben. Karena itu, Ben direkrut Micky untuk bergabung dalam kelompok pemain judi. Anggota kelompok itu di antaranya Jill Taylor (Kate Bosworth), Choi (Aaron Yoo), Kianna (Liza Lapira), dan Jimmy Fisher (Jacob Pitts).

Awalnya Ben menolak bergabung. Jill Taylor pun mencoba membujuknya, tetapi tidak berhasil. Namun, karena penghasilannya sebesar US$ 8 sebagai pramuniaga di sebuah toko pakaian tak mencukupi dan dia juga membutuhkan biaya pendidikan sekitar US$ 300.000 untuk melanjutkan di Universitas Harvard, Ben akhirnya bersedia bergabung dengan kelompok penjudi asuhan Micky.

Alasan lainnya, beasiswa yang diincar Ben kemungkinan sulit didapatkan karena dia harus bersaing dengan pelajar jenius lain. Terlebih, di kelompok itu ada Jill Taylor yang ditaksirnya.

Berbagai trik dan kode-kode rahasia bermain kartu black jack diajarkan. Trik yang diajarkan merupakan cara menghitung kartu dalam permainan tersebut. Ben yang jenius cepat memahami trik-trik yang diajarkan. Dia juga dapat bekerja sama dengan anggota kelompok yang lain. Simulasi permainan judi dilakukan. Ben berhasil melewati ujian tersebut.

Berbekal identitas palsu dan kepandaian menghitung kartu, kelompok penjudi itu pergi ke kota perjudian, Las Vegas. Mereka pun bertaruh peruntungan. Tak butuh waktu lama, mereka berhasil meraih uang banyak dari meja judi. Ben yang lebih ahli dalam matematika akhirnya menjadi andalan kelompok tersebut. Tiap akhir pekan, mereka mengunjungi Las Vegas.

Sementara itu, hubungan Ben dengan dua sahabatnya, Miles Connoly (Josh Gad) dan Cam (Sam Golzari), merenggang. Mereka menganggap Ben sudah tidak fokus lagi menjalankan proyek pembuatan robot. Akhirnya, Ben dikeluarkan dari tim proyek robot tersebut.

Di kelompok penjudi asuhan Micky juga ada yang dikeluarkan. Adalah Jimmy Fisher yang dipecat dari tim. Penyebabnya, dia iri dengan kemampuan menghitung Ben yang dapat meraup uang banyak.

Meski begitu, misi meraih uang banyak tetap dilakukan. Sampai akhirnya, Ben dan Micky berselisih karena kelompok itu kalah berjudi. Sementara itu, Cole Williams (Laurence Fishburne), petugas keamanan kasino, mengawasi tindakan yang dilakukan Ben dan kawan-kawan hingga akhirnya Ben tertangkap. Rupanya, Cole juga mengincar Micky.

Film yang diangkat dari kisah nyata ini cukup menghibur dengan kepintaran Ben dalam menghitung. Begitu juga dengan kemewahan yang dirasakan oleh kelompok penjudi ini. Sayangnya, di tengah cerita film berdurasi 123 menit ini mulai membosankan. Sebab, penonton sudah mengetahui kelihaian Ben di meja judi.

Konflik yang terjadi antara Ben dan Jimmy pun dibuat sekenanya. Tak ada luapan emosi persaingan di antara mereka. Untungnya, pertengkaran antara Ben dan Micky sedikit mengobati kebosanan penonton. Akan tetapi, sosok Kevin Spacey yang piawai memainkan berbagai peran kurang ditonjolkan.

Setidaknya di akhir film, cerita yang dibangun dan alur yang tidak dapat diduga oleh penonton dapat menutupi kekurangan film ini. Apalagi, kehadiran pemain muda dalam film ini juga dapat menyegarkan pandangan penonton.

Friday, July 04, 2008

Petualangan Konyol Detektif Maxwell

Judul : Get Smart
Genre : KomediPemain : Steve Carell, Anne Hathaway, Dwayne Johnson, Alan Arkin, Terrence Stamp, James Caan
Sutradara : Peter Segal
Produksi : Warner Bros Pictures
Durasi : 111 menit


Markas besar organisasi mata-mata AS, Control, dihancurkan. Berkas-berkas yang tersimpan pun hilang, termasuk data seluruh anggota detektif Control. Satu per satu detektif Control terbunuh oleh kelompok teroris bernama Kaos.

Sementara itu, kelompok teroris Kaos yang dipimpin Siegfried (Terrence Stamp) juga berencana menghancurkan AS dengan senjata nuklir. Sasaran utamanya Los Angeles karena Presidan AS (James Caan) hadir di sebuah konser musik klasik di sana.

Chief (Alan Arkin), pemimpin Control, mempromosikan Maxwell Smart (Steve Carell)—yang sebelumnya hanya sebagai analis—menjadi detektif dengan sebutan Agen 86. Bersama Agen 99 (Anne Hathaway), Maxwell diperintahkan menyelediki Kaos dan mencegah penyerangan ke Los Angeles.

Maxwell baru sekali mendapatkan tugas di lapangan. Karena itu, terkadang terjadi perselisihan dengan Agen 99 yang sudah berpengalaman. Namun, itu hanya berlangsung sebentar. Kecerdasan dan kepintaran Maxwell membuat Agen 99 terkesan sehingga mereka bisa bekerja sama.

Sampai suatu ketika, Maxwel dan Agen 99 berhasil menyusup ke markas Kaos. Maxwel pun berhasil menemukan tempat pembuatan senjata nuklir. Lalu, dia menghancurkan markas tersebut dan berhasil.

Ketika usaha itu berhasil, Agen 23 (Dwayne Johnson/The Rock) yang diperintahkan mencari sisa-sisa ledakan dari senjata nuklir tidak berhasil menemukan satu pun barang bukti tersebut. Isu adanya agen yang bekerja untuk dua organisasi atau agen ganda pun berembus. Maxwell terkena fitnah. Dia pun ditahan.

Usaha pencegahan penyerangan senjata nuklir kembali dilakukan. Chief bersama Agen 23 dan 99 menemui Presiden AS untuk melaporkan ancaman yang dilakukan Kaos. Namun, itu tidak digubris. Presiden AS menganggap Kaos telah dihancurkan dan tidak eksis lagi.

Sementara itu, Siegfried menyusup ke gedung pertunjukan yang menyelenggarakan konser musik klasik. Dia memasang bom di tempat yang akan dihadiri Presiden AS.

Maxwel yang berhasil kabur mendatangi gedung pertunjukan tersebut. Sayang, di tempat itu Maxwel mendapat perlawanan dari Agen 23 yang akhirnya diketahui menjadi mata-mata Kaos. Pertarungan dan aksi kejar-kejaran pun meramaikan film yang sebetulnya bergenre komedi ini.

Film detektif yang dibumbui unsur komedi telah banyak beredar. Misalnya saja Ace Ventura (1994) dengan Jim Carey, Austin Power (1997) dengan Mike Myers, dan Johnny English (2003) yang dibintangi Rowan ‘Mr Bean’ Atkinson. Film Get Smart ini pun tidak jauh dengan pakem film-film sejenis. Mengalahkan kejahatan dengan dibumbui guyonan gaya slapstick dan dialog pengundang tawa merupakan kekuatan film-film komedi detektif.

Film yang dirilis 20 Juni ini tidak hanya menghadirkan kelucuan, tetapi juga aksi menegangkan. Misalnya ketika Maxwel dan Agen 23 berkelahi di atap mobil yang melaju di jalur kereta, sedangkan Agen 99 tersangkut di pinggir mobil. Ketegangan bertambah ketika sebuah kereta melaju dari arah berlawanan. Selain itu, perkelahian di udara antara Agen 99 dan mata-mata Kaos juga tak kalah menegangkan.

Meskipun begitu, unsur komedi tetap menjadi faktor utama. Sayangnya, Peter Segal kurang mengeksplorasi kelucuan di film ini. Akibatnya, film berdurasi 111 menit ini terasa biasa saja.

Kelucuan yang dihadirkan sutradara pengarah film Anger Management (2003) ini kurang mampu membuat penonton tertawa. Andaikan Peter Segal lebih memanfaatkan tubuh atletis Dwayne Johnson seperti yang diperlihatkan di awal film, hasilnya tentu akan terasa lain. Begitu juga dengan karakter Bruce dan Llyod yang dapat digunakan sebagai pemancing tawa.

Aksi Raksasa Hijau Hadir Kembali

Judul Film : The Incredible Hulk
Genre : Laga/Fantasi
Pemain : Edward Norton, Liv Tyler, Tim Roth, William Hurt, Tim Blake Nelson
Sutradara : Louis Leterrier
Produksi : Paramount Picture


Film The Incredible Hulk ini diawali dari adegan yang menggambarkan latar belakang Bruce Banner (Edward Norton), seorang ilmuwan yang menjadi Hulk dan kemudian dikejar-kejar Jenderal Thunderbolt Ross (William Hurt). Penggambaran latar belakang ini dibuat dengan alur cepat sampai akhirnya dilukiskan bahwa Bruce tinggal di Brasil untuk menghindari terkaman Jenderal Ross.

Di Brasil Bruce tinggal di permukiman padat penduduk. Selain mengelola amarah yang dapat membuatnya menjadi raksasa hijau, Bruce juga mencari obat penawar dari radiasi gamma yang meracuni sel-sel di tubuhnya. Untuk usaha tersebut, Bruce dibantu seseorang yang dipanggil Tuan Biru. Melalui Tuan Biru, darah Bruce yang dikirm lewat pos diperiksa. Mereka juga berkomunikasi lewat internet.

Sementara itu, Jenderal Ross yang telah mengetahui keberadaan Bruce memerintahkan Emil Blonsky (Tim Roth) untuk menangkap Bruce. Sayang usaha itu malah membuat Bruce berubah menjadi raksasa hijau. Blonsky, yang tak tahu jati diri Bruce sebenarnya, tak dapat berkutik.

Karena bertekad menangkap Bruce, Blonsky pun memohon kepada Jenderal Ross untuk menyuntikkan serum yang dapat memberikan kekuatan seperti yang diperoleh Bruce. Jenderal Ross menyetujui. Blonsky bertambah kuat, tapi tidak sekuat Hulk. Usaha penangkapan Bruce dilakukan kembali.

Bruce yang telah kembali ke Amerika Serikat akhirnya menemui Betty Ross, kekasih sekaligus anak Jenderal Ross, untuk membantu mencari obat penawar. Sayang, saat bertemu Betty, Bruce kembali dikejar pasukan Jenderal Ross. Lagi-lagi, Bruce menjadi raksasa hijau dan berhasil lolos. Kemudian, setelah menyelamatkan Betty dari semburan api, Hulk bersembunyi ke hutan bersama Betty.

Selanjutnya, Bruce dan Betty menemui Tuan Biru yang kemudian dikenal sebagai Dr Samuel Stern (Tim Blake Nelson) yang menemukan formula peredam radiasi gamma yang meracuni sel-sel tubuh Bruce. Formula itu akhirnya disuntikkan ke tubuh Bruce dan berhasil.

Setelah disuntik, Bruce malah tertangkap pasukan Jenderal Ross. Namun bagi Blonsky, hal itu merupakan kesempatan untuk menambah kekuatannya dengan bantuan Samuel Stern. Akhirnya, Blonsky menjadi monster yang menghancurkan isi kota dan ingin menantang Hulk.

Karena itu, Bruce dibebaskan Jenderal Ross. Bruce pun berubah menjadi Hulk. Pertempuran dahsyat antara Blonsky dan Hulk tak dapat dielakkan.

Setelah muncul pada tahun 2003 dengan sutradara Ang Lee, kini film yang diangkat dari serial komik Marvel berada di bawah tangan dingin Louis Leterrier. Namun, film ini bukan merupakan kelanjutan atau sekuel dari film Hulk sebelumnya. Film ini merupakan remake dari kisah raksasa hijau itu.

Kendati masih berkisah yang sama dengan film versi Ang Lee, film ini menghadirkan ketegangan yang melebihi film sebelumnya. Namun begitu, alur cerita ini terkesan bertele-tele dalam penceritaan. Hal itu terutama terlihat saat adegan mesra antara Bruce dan Betty serta adegan Bruce menjadi pengemis karena tak memiliki pakaian setelah berubah menjadi Hulk.

Di samping itu, beberapa tokoh yang hadir sepertinya tidak mengalami perkembangan yang berarti. Artinya, banyak tokoh yang dihadirkan hanya untuk pemanis. Contoh yang jelas terlihat ada di akhir cerita, yaitu saat Tony Starks, tokoh utama dalam film superhero Ironman, hadir menemui Jenderal Ross. Namun begitu, harus diakui bahwa ketegangan dalam film ini lebih terasa daripada film Hulk ala Ang Lee.

Cinta Segitiga dalam 27 Busana

Judul : 27 Dresses
Genre : Komedi Romantis
Pemain : Katherine Heigl, James Marsden, Malin Akerman, Judy Greer, Edward Burns
Sutradara : Anne Fletcher
Produksi : 20th Century Fox

Bertemu dengan seorang yang spesial kemudian menjalankan hidup bersama dalam ikatan suci bernama pernikahan merupakan hal yang selalu diinginkan banyak orang. Tak ada manusia di dunia ini yang tidak menginginkan hal itu. Inilah yang menjadi latar dari film cerita cinta penuh liku ––yang dibumbui sedikit kekonyolan–– antara Jane (Katherine Heigl) dan Kevin (James Marden).

Acara pernikahan menjadi penghubung di antara keduanya. Saat itu, Jane yang terobsesi dengan pernikahan berhasil menggelar dua acara ikatan suci temannya pada waktu yang bersamaan. Karena itu, dia harus selalu hadir di kedua acara tersebut dengan menjadi pendamping pengantin wanita. Rupanya hal itu diperhatikan Kevin, penulis kolom pernikahan di sebuah surat kabar.

Awalnya tak ada yang istimewa dari hubungan mereka. Itu disebabkan Jane lebih tertarik dengan ketampanan dan kewibawaan George yang menjadi bosnya. Namun, perasaan itu dia pendam. Sampai akhirnya, dia harus sakit hati dan bersikap serba salah karena George terpikat kecantikan Tess (Malin Akerman), adik Jane.

Keadaan tambah gawat ketika Jane diminta mengurus seluruh keperluan pernikahan George dan Tess. Di satu sisi dia ingin menolak, tapi di sisi lain perasaan sayang kepada George dan adiknya begitu besar. Dengan berat hati dan mengorbankan perasaan, Jane menerima tugas itu.

Saat mengurusi keperluan pernikahan adiknya, Jane dan Kevin bertemu kembali. Di sinilah hubungan keduanya kembali intens. Apalagi, ketika Kevin harus menulis tentang pernikahan George dan Tess. Namun, hal itu rupanya menjadi kedok Kevin untuk mengetahui lebih dalam tentang Jane sekaligus mencari bahan buat tulisan yang lain.

Dari hubungan yang intens antara Jane dan Kevin, diketahui bahwa Jane sangat terobsesi dengan pernikahan. Obsesinya itu dilakukan Jane dengan mengurusi segala keperluan pernikahan teman-temannya dan dibuktikan dengan mengoleksi 27 gaun pendamping pengantin wanita yang tersimpan di dalam lemari Jane. Dari hal itu, Kevin pun berpikiran bahwa Jane lebih mengutamakan kebahagiaan orang lain dibanding diri Jane sendiri.

Sementara itu, Jane juga mengalami permasalahan dengan Tess, yaitu tentang kebohongan yang dilakukan Tess untuk memikat George. Karena masih memiliki perasaan terhadap George, Jane membocorkan segala rahasia Tess tepat di hari pertunangan George dan Tess. Akhirnya, mereka tak jadi menikah.

Di bagian lain, Jane juga merasa tersakiti hatinya karena tulisan Kevin menyinggung Jane. Mereka pun bertengkar. Namun, mereka akhirnya bersatu dalam ikatan suci setelah Jane yakin bahwa cinta sejatinya adalah Kevin, bukan George. Saat pernikahan mereka, kejadian cukup unik terjadi, yaitu 27 busana pendamping pengantin yang pernah dipakai Jane, ikut dipamerkan.

Film yang dikhususkan untuk dewasa ini cukup menghibur. Alur cerita cinta yang kuat serta disuguhi sedikit kekonyolan dapat menghidupkan suasana yang diinginkan. Begitu juga dengan akting Heigl yang cukup menjiwai peran yang diberikan. Namun sayang, ada beberapa adegan yang tidak membantu perkembangan cerita. Misalnya adegan Jane dan Kevin berada di dalam mobil saat hujan deras. Begitu juga adegan saat mereka minum-minum dan bernyanyi di sebuah bar. Meski demikian, film ini layak untuk menemani Anda bersama pasangan di akhir pekan.

Pesan Lewat Hasil Bidikan Kamera

Judul Film : Shutter
Genre : Horor
Pemain : Joshua Jackson, Rachael Taylor, David Denman, James Kyson Lee, John Hensley, Maya Hazen, Megumi Okina
Sutradara : Masayuki Ochiai
Produksi : 20th Century Fox
Durasi : 85 menit

Sutradara yang piawai membuat film horor asal Jepang, Masayuki Ochiai, kembali ‘menakuti’ para penonton. Namun kali ini dia digaet rumah produksi 20th Century Fox untuk membuat film Shutter. Film ini rupanya remake dari film horor asal Thailand yang dibuat pada tahun 2004 dengan judul yang sama.

Film Shutter ala Masayuki ini bercerita tentang sepasang pengantin baru yang terus diganggu makhluk halus. Jadi, sudah dapat ditebak apa yang akan dialami pasangan pengantin baru, Benjamin dan Jane Shaw (Joshua Jackson dan Rachael Taylor), dalam menjalankan bulan madunya.

Setelah merayakan pesta pernikahan, Ben dan Jane harus pergi ke Tokyo lebih cepat dari rencana semula. Dalam perjalanan menuju sebuah penginapan, Jane yang sedang menyupir secara tidak sengaja menabrak seorang wanita. Karena panik, mobil yang dikemudikannya menabrak pohon. Namun anehnya, wanita yang ditabrak tidak ditemukan. Jane ketakutan, Ben pun berusaha menenangkannya.

Selain untuk berbulan madu di Tokyo, Ben ternyata juga diterima bekerja sebagai fotografer di salah satu perusahaan modeling. Di perusahaan itu Ben bertemu dengan Bruno (David Denman) dan Adam (John Hensley), rekannya yang lebih dulu bekerja di perusahaan tersebut.

Jane yang ditinggal Ben bekerja melihat foto-foto bulan madu mereka. Anehnya, ada beberapa foto yang menggambarkan sesosok manusia, tetapi terlihat samar karena mirip seberkas cahaya. Jane yang curiga bertanya kepada Seiko (Maya Hazen), partner Ben.

Menurut Seiko, foto-foto tersebut memiliki misteri penampakan makhluk halus. Jane tambah penasaran, apalagi dia dan Ben juga selalu didatangi makhluk halus. Lalu Seiko mengajak Jane bertemu Ritsuo, mantan pacar Seiko yang tertarik terhadap foto-foto penampakan makhluk halus.

Menggunakan kamera Polaroid, Jane pun mencoba memecahkan misteri di balik foto-foto itu. Langkah pertamanya dimulai di gedung tempat Ben bekerja. Itu dilakukan karena hasil jepretan Ben membidik para model juga menunjukkan keanehan yang sama.

Sayangnya, usaha itu belum memuaskan Jane. Meskipun begitu, Jane menemukan bukti baru yaitu, sebuah foto yang mirip dengan wajah wanita yang dia tabrak. Wanita itu bernama Megumi Tanaka (Megumi Okina).

Jane lalu bertanya kepada Ben mengenai jati diri Megumi. Ben pun menceritakannya. Akhirnya, mereka berencana untuk menemui Megumi. Sayang, usaha itu sia-sia karena Megumi telah tiada.

Ketakutan Jane dan Ben makin memuncak karena makin sering didatangi hantu Megumi. Apalagi, Bruno dan Adam juga tewas secara misterius. Rupanya hantu Megumi ingin membalas tindakan Ben, Bruno, dan Adam yang telah memperlakukan Megumi tidak senonoh sewaktu hidup. Bahkan Jane harus meninggalkan Ben setelah memahami pesan yang disampaikan Megumi melalui foto-foto yang dilihatnya.

Film yang tampak suram dan kelam ini terkesan mirip dengan film-film horor yang ada di dalam negeri. Misalnya saja tampilan hantu berambut panjang dengan wajah pucat yang ditampilkan oleh sosok Megumi. Selain itu, pengunaan gedung kosong untuk menambah kesan suram yang juga ada dalam film-film horor lolal..

Meskipun begitu, alur cerita yang dibuat sederhana mampu menuntun penonton untuk terus mengikuti jalan cerita hingga akhir film. Pemberian bukti melalui foto-foto untuk memecahkan misteri dan teka-teki yang menyelimutinya seolah menjadi penuntun penonton. Akibatnya, penonton pun seakan harus ‘bermain’ dengan ketakutan-ketakutan yang disuguhkan dalam film berdurasi 85 menit ini.

Melihat Monster dari Camcorder

Judul : Cloverfield
Jenis film : Thriller
Pemain : Michael Stahl David, Mike Vogel, TJ Miller, Odette Yustman, Lizzy Caplan, Jessica Lucas
Sutradara : Matt Reeves
Produksi : Paramount Pictures

Pengambilan adegan di film besutan Matt Reeves ini lain dari biasanya. Dengan mengambil sudut pandang dari sebuah camcorder yang dibawa Hud (TJ Miller), adegan-adegan yang ditampilkan begitu nyata. Penonton pun seolah-olah ikut merasakan peristiwa yang dialami Rob (Michael Stahl David), si tokoh utama.

Layaknya penggunaan camcorder, adegan-adegan yang dipertontonkan selalu bergerak tak menentu, mengikuti kemauan pembawa camcorder. Akibatnya, penonton merasa sedikit terganggu saat menonton. Namun begitu, adegan-adegan yang ditampilkan lebih terlihat nyata dan hidup dibandingkan pengambilan adegan menggunakan beberapa kamera. Inilah yang menjadi kekuatan film ini.

Karena mengambil sudut pandang dari camcorder, perpindahan antaradegan menjadi tidak mulus, terutama di bagian awal film saat pesta perpisahan Rob yang akan pindah bekerja ke Jepang. Akan tetapi, ketika ketegangan mulai muncul, yang ditandai adanya gempa bumi dan melayangnya kepala Patung Liberty, transisi antaradegan mulai membaik. Itu disebabkan camcorder selalu dihidupkan untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.

Selanjutnya, ketegangan demi ketegangan mulai diperlihatkan dengan tensi yang makin lama makin memuncak. Saat inilah, Hud sebagai pembawa camcorder dan sahabat Rob berperan menggiring penonton mengikuti setiap ketegangan.

Ketegangan pertama diperlihatkan saat monster menyerang kota New York. Di sini Hud berhasil merekam wujud monster itu. Ketika ini terjadi, suasana sungguh mencekam, orang-orang berlari menyelamatkan diri sambil berterak histeris, gedung-gedung bertingkat roboh, dan terjadi huru-hara di mana-mana. Di tengah kegentingan ini, pihak kepolisian meminta seluruh warga meninggalkan kota melalui jembatan Manhattan. Sayang, kakak Rob, Jason (Mike Vogel), menjadi korban keganasan monster di jembatan tersebut.

Ketegangan kembali memuncak ketika Rob, Hud, Lily (Jessica Lucas), dan Marlena (Lizzy Caplan) harus melawan gelombang pengungsi untuk menyelamatkan kekasih Rob, Beth (Odette Yustman), di apartemennya. Di sinilah, perjuangan Rob dan kawan-kawannya demi Beth diwarnai rentetan senjata, desingan peluru, menyeberangi apartemen yang nyaris roboh, bahkan hampir terbunuh oleh monster dan makhluk-makhluk kecil ganas yang juga menyerang penduduk.

Akhirnya, Beth berhasil diselamatkan. Lalu, mereka dievakuasi menggunakan helikopeter. Di helikopter, wujud monster terlihat dari udara disertai serangan-serangan peluru pihak militer yang berusaha untuk melumpuhkannya. Sayang, helikopter itu terjatuh karena serangan sang monster, tetapi Rob, Beth, dan Hud selamat. Begitu juga dengan camcorder-nya.

Ketegangan mulai mereda ketika Hud menjadi mangsa sang monster. Adegan ini rupanya menjadi antiklimaks dari adegan-adegan sebelumnya. Apalagi ketika camcorder dikendalikan Rob yang berada di bawah jembatan untuk berlindung bersama Beth. Hal itu seolah-olah menjadi kata penutup dari film yang berhasil meraup pemasukan US$ 41 juta atau sekitar Rp 387 miliar pada pekan pertama pemutaran.

Film yang diproduseri JJ Abrams ini sangat meminimalkan penggunaan musik yang umumnya digunakan untuk membangun suasana. Bahkan, penggunaan musik hampir tidak ada selama film berlangsung. Namun begitu, penggunaan efek suara seperti desingan peluru, raungan monster, teriakan ketakutan, kekacauan kota, sampai embusan napas sangat ditonjolkan untuk mendukung suasana yang dibangun. Begitu juga dengan karakter setiap tokoh yang berhasil diperankan dengan baik.

Petualangan Pevensie Bersaudara Berlanjut

Judul Film : The Cronicles of Narnia: Prince Caspian
Genre : Petualangan/Fantasi
Pemain : William Moseley, Anna Popplewell, Skandar Keynes, Georgie Henley, Ben Barnes, Liam Neeson
Sutradara : Andrew Adamson
Produksi : Walt Disney Pictures
Durasi : 145 menit

Setelah sukses dengan film The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch, and the Wardrobe pada tahun 2005, kisah lanjutan film tersebut kini diputar di sejumlah bioskop. Dengan masih menggunakan pemeran yang sama, film The Cronicles of Narnia: Prince Caspian ini lebih menghadirkan pertualangan yang lebih seru dan mendebarkan.

Kisah petualangan ini diawali dengan kembalinya Pevensie bersaudara, Peter (William Moseley), Susan (Anna Poplewell), Edmund (Skandar Keynes), dan Lucy (Georgie Henley) sebagai raja dan ratu Narnia setelah 1.300 tahun meninggalkan Narnia. Sayang, keadaan Narnia saat mereka kembali telah berubah. Rakyat Narnia hidup dalam kesengsaraan di bawah kekuasaan kaum Telmarines yang dipimpin Lord Miraz (Sergio Castellito).

Kehadiran para raja dan ratu Narnia itu atas panggilan Pangeran Caspian (Ben Barnes) yang tidak sengaja meniup tanduk berkepala singa. Pengeran Caspian meniup alat itu karena terdesak setelah dikejar kaum Telmarines yang ingin membunuhnya. Penyebabnya adalah kelahiran anak laki-laki Lord Miraz yang ingin dijadikan pewaris tahta kerajaan Terlmarines. Padahal, pewaris sesungguhnya adalah Pangeran Caspian, yang juga keponakan Lord Miraz.

Caspian yang masuk ke hutan akhirnya bertemu kurcaci bernama Trumpkin yang menolongnya. Bahkan Trumpkin ditangkap para tentara Telmarines. Untuk menjalankan niat jahatnya, Miraz pun menghasut dewan kerajaan bahwa Caspian ditangkap rakyat Narnia. Sebagai bukti, Miraz menunjukkan Trumpkin sebagai warga Narnia. Akhirnya, dewan kerajaan pun bersedia mengirim pasukan untuk menyerang rakyat Narnia.

Saat Trumpkin akan dibunuh tentara Telmarines di sebuah sungai, Pevensie bersaudara menyelamatkannya. Melalui Trumpkin, akhirnya raja dan ratu Narnia tersebut bertemu Pangeran Caspian.

Rupanya, tak hanya kakak beradik Pevensie yang datang ke Narnia karena bunyi dari tanduk berkepala singa itu. Makhluk-makhluk lain seperti gerombolan tikus berpedang, banteng yang bisa berdiri, sampai manusia berbadan kuda hadir untuk berjuang mempertahankan diri dari serangan tentara-tentara Telmarines.

Akhirnya, mereka sepakat untuk menyerang istana Telmarines pada malam hari. Sayang, usaha itu gagal karena kalah jumlah. Banyak korban berjatuhan di pihak Narnia. Sementara yang selamat kembali ke hutan.

Penyerangan itu akhirnya dibalas Telmarines dengan menggunakan meriam dan jumlah pasukan yang lebih banyak. Merasa pertempuran tidak seimbang, Lucy pun diutus untuk menemui Aslan, singa bijak penguasa kerajaan Narnia. Hanya Aslan yang bisa menyelamatkan Narnia dari serangan Telmarines. Untuk mengulur waktu hingga Aslan datang, Peter pun berduel dengan Lord Miraz.

Film yang diangkat dari cerita fantasi karya CS Lewis ini lebih terlihat seru dibandingkan dengan film sebelumnya. Sebab, dalam film ini banyak menampilkan adegan peperangan. Apalagi akting Peter dan Caspian cukup kentara, terutama dalam memimpin pasukan Narnia. Kepemimpinan mereka seolah membawa penonton hanyut dalam jiwa semangat dan perjuangan rakyat Narnia.

Tak hanya jiwa semangat yang ditularkan film untuk anak-anak ini, kesedihan dan jiwa berkorban juga diperlihatkan ketika adegan sebagian rakyat Narnia terjebak dalam istana Telmarines dan dihujani anak panah. Sementara rakyat Narnia yang berhasil keluar istana tak bisa berbuat apa-apa.

Film ini akan lebih terasa jika menonton versi pertamanya lebih dulu. Meski begitu, alur cerita yang sederhana dan jelas setidaknya dapat dijadikan tuntunan penonton yang belum sempat melihat versi pertama.

Balapan Mobil Versi Animasi

Judul Film : Speed Racer
Genre : Aksi/Fantasi
Pemain : Emile Hirsch, Scott Porter, John Goodman, Susan Sarandon, Christina Ricci, Roger Allam, Matthew Fox, Paulie Litt
Sutradara : Andy Wachowski dan Larry Wachowski
Produksi : Warner Bros Pictures
Durasi : 135 menit

Film fantasi yang diangkat dari sebuah cerita fiksi kembali diangkat ke layar lebar. Setelah beberapa tokoh superhero karya Marvel seperti Spiderman, Ironman, dan Hulk, kini giliran cerita klasik Speed Racer karya animator Tatsuo Yoshida yang dijadikan film layar lebar oleh rumah produksi Warner Bros Pictures.

Film Speed Racer yang disutradarai Wachowski bersaudara ini bercerita tentang kehidupan Speed Racer (Emile Hirsch) sebagai seorang pembalap yang ingin membuktikan bahwa balapan dapat dimenangkan tanpa harus bermain curang dan terlepas dari segi bisnis yang mengitarinya. Karena itu, Speed yang terlahir dari keluarga pembalap tidak ingin disponsori oleh siapa pun, termasuk oleh Royalton (Roger Allam), pemilik Royalton Industries.

Karena merasa dilecehkan, Royalton pun mengancam Speed di kejuaraan balap mobil Fuji yang akan diikutinya. Speed yang mengendarai Mach 5 akhirnya kalah. Namun, ketika mengikuti sebuah balapan ekstrem, tim Togokhan yang digawangi Taeju (Rain), Speed, dan Racer X (Mattherw Fox) berhasil menjuarai kejuaraan terberat sepanjang sejarah itu. Bahkan, kakak Speed, Rex Racer (Scott Porter) menjadi korban di balapan ekstrem tersebut. Rex pula yang menjadi inspirasi Speed untuk menjadi pembalap.

Sayang, kemenangan di kejuaraan ekstrem itu ternyata dijadikan ajang bisnis oleh keluarga Togokhan. Speed pun merasa dipermainkan, apalagi oleh Taeju, anak keluarga Togokhan. Untungnya, Horuko (Yu San), adik Taeju, memberikan undangan kepada Speed untuk mengikuti kejuaraan Grand Prix.

Akhirnya, Speed bersama keluarga besarnya mempersiapkan diri untuk mengikuti kejuaraan tersebut. Mobil baru pun tercipta dengan sebutan Mach 6. Saat balapan, Speed masih harus melawan keangkuhan Royalton yang mengirim pembalapnya, Cannonball Taylor (Ralp Herforth), yang telah memenangi berbagai balapan.

Film yang baru saja dirilis 9 Mei 2008 ini lebih menonjolkan unsur visual yang dipenuhi berbagai macam warna sehingga terkesan ramai dan semarak. Ini seperti pas untuk dunia balap yang selalu diramaikan banyak penonton. Tampilan ini bahkan sangat jelas terlihat dari warna-warna yang dipertunjukkan di kendaraan balap. Di samping itu, penggunaan efek visual khususnya pada lintasan balap juga menambah kesan tersebut. Mungkin ini dimaksudkan untuk mempertahankan nuansa cerita yang diangkat dari bentuk aslinya berupa film manga dari Jepang bernama Mach GoGoGo.

Dengan alur cerita yang terkadang maju dan mundur, terutama di awal film yang menceritakan Speed kecil, tak memengaruhi jalan cerita film yang diperuntukkan bagi remaja ini. Justru hal itu memperkuat jalan cerita karena latar belakang Speed dapat ditangkap penonton. Transisi antaradegan pun juga cukup baik sehingga penonton turut larut dalam alur cerita.

Akting Spritle (Paulie Litt), adik Speed, juga cukup memukau, meski hanya sebagai pemeran tambahan. Kehadiran Spritle bersama seekor simpanse dalam film ini rupanya menjadi pembangun suasana dengan menghadirkan kelucuan. Dengan demikian, suasana film ini cukup mengena di hati penonton, selain aksi kejar-kejaran antarpembalap.

Kelihaian Wachowski bersaudara yang juga membesut trilogi The Matrix juga tampak ketika menampilkan kehidupan keluarga Racer yang hidup harmonis dan kompak. Hal ini terlihat ketika Speed dan orangtuanya (Susan Sarandon dan John Goodman) berbicara dari hati ke hati. Rasa sayang dari orang tua kepada anaknya begitu terlihat. Akhirnya, film ini tidak hanya menampilkan nuansa berkompetisi secara jujur, tetapi juga keharmonisan sebuah keluarga.

Aksi Jagoan Berjubah Besi

Judul Film : Iron Man
Genre : Laga/Fantasi
Pemain : Robert Downey Jr, Terrence Howard, Jeff Bridges, Shaun Toub, Gwyneth Paltrow
Sutradara : Jon Favreau
Produksi : Paramount Pictures dan Marvel Entertainment
Durasi : 126 menit


“Damai terbentuk dengan memiliki senjata terampuh.” Begitulah yang terlontar dari seorang pembuat senjata, Tony Stark (Robert Downey Jr), tentang kedamaian saat mempresentasikan senjatanya. Sayangnya, saat itu dia belum melihat bahwa senjata yang diciptakan telah menyebabkan banyak nyawa melayang. Sampai akhirnya, dia hampir menjadi korban dari hasil kerja kerasnya dalam sebuah penyerbuan di wilayah Afghanistan.

Akhirnya, karena terluka di bagian dada, Tony ditahan oleh kelompok yang ingin menguasai dunia dengan senjata. Serpihan peluru di dada Tony yang tak bisa dikeluarkan mengharuskan Yinsen (Shaun Toub), seorang dokter, harus membedah dan memasangkan alat magnetik agar serpihan itu tidak mengalir ke jantung. Inilah yang menjadi sumber tenaga ketika Tony menjadi iron man.

Dalam penahanan, Tony dipaksa membuat senjata terampuh. Permintaan itu diterima. Para penculik akhirnya menyediakan segala perlengkapan dan keperluan untuk membuat senjata. Meski segala keperluan untuk membuat senjata telah dipenuhi, Tony tidak melakukan permintaan penculik. Malah, Tony membuat senjata mematikan berupa pakaian besi antipeluru untuk membebaskan dirinya dari penculikan. Usaha yang dibantu Yinsen itu berhasil. Tony pun bebas dan kembali ke dunianya sebagai pencipta senjata yang suka memainkan wanita-wanita cantik.

Rupanya, kejadian penculikan itu membuat Tony sadar bahwa senjata bukan untuk menciptakan kedamaian. Dengan kepintaran dan kejeniusannya, Tony pun mengembangkan jubah besinya untuk menghancurkan kejahatan yang menggunakan senjata-senjata yang diproduksinya. Namun usaha ini ditentang Obadiah Stane (Jeff Bridges), teman almarhum ayah Tony sekaligus tangan kanannya. Penentangan ini akhirnya membawa perselisihan di antara keduanya. Apalagi, Obadiah juga mengembangkan pakaian besi. Jadilah pertempuran yang seru.

Film yang diawali dengan adegan penyerangan terhadap Tony ini berhasil memancing pertanyaan di benak penonton. Apalagi dengan alur mundur, adegan selanjutnya menggambarkan kehidupan Tony Stark yang bekerja di perusahaan senjata Stark Industries. Adegan itu sengaja dibuat sang sutradara Jon Favreau untuk mengungkap bahaya senjata terhadap banyak orang, termasuk penciptanya. Inilah sebetulnya yang ingin disampaikan dalam film ini.

Tak hanya keseruan yang ditampilkan dalam film yang diangkat dari komik karya Marvel ini. Unsur komedi pun banyak tersebar di film yang dirilis pada 2 Mei 2008, terutama pada sikap konyol pemeran utama, Tony Stark. Misalnya ketika adegan di akhir film. Saat itu, Tony menyebutkan jati dirinya sebagai iron man, padahal sebelumnya dia tidak disarankan untuk mengatakan itu.

Kelihaian Robert Downey Jr memerankan sang jagoan jubah besi ini menjadi nilai tambah bagi film yang berdurasi sekitar 126 menit ini karena berhasil membangun suasana. Dalam film ini dia memerankan karakter yang unik sebagai miliarder, ilmuwan, dan pencipta senjata yang memiliki tabiat tak bisa ditebak, bahkan kadang-kadang konyol.

Sayangnya, karakter pemeran lainnya seperti Letnan Kolonel James Rhodes (Terrence Howard), sebagai sahabat Tony, dan Virginia ‘Pepper’ Pots (Gwyneth Paltrow), sekretaris Tony, kurang mendukung. Apalagi kehadiran tokoh-tokoh ini sepertinya hanya menjadi sebagai pelengkap. Meskipun begitu, film yang diproduksi Paramount Picture ini setidaknya sangat menghibur.