Tuesday, December 30, 2008

Maryamah Karpov: Pencapaian Akhir Pemuda Belitung

Judul Buku : Maryamah Karpov: Mimpi-mimpi Lintang
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka
Terbit : Desember 2008
Halaman : 504



Novel Maryamah Karpov menjadi buku pamungkas sekaligus penutup dari tetralogi Laskar Pelangi. Tiga buku sebelumnya, Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, dan Edensor, telah sukses merebut perhatian masyarakat Indonesia. Bahkan, novel Laskar Pelangi naik ke layar lebar dan berhasil meraih kesuksesan.

Kehadiran novel terakhir karya Andrea Hirata ini untuk menjawab rasa penasaran pembaca mengenai akhir cerita dari Laskar Pelangi, khususnya mengenai kisah cinta Ikal terhadap Aling. Inilah yang menjadi inti sari dari novel ini. Ini pula yang menggambarkan pencapaian akhir pemuda Belitung yang menuntut ilmu di Perancis dan Inggris dalam upayanya mencari cinta.

Hampir tiga perempat dari buku setebal 504 halaman ini menceritakan upaya Ikal menemukan dambaan hatinya itu. Setelah mendapatkan dua orang mayat yang terdampar di Pantai Belitung dan diidentifikasi warga Tionghoa, Ikal menaruh curiga terhadap jenazah tersebut. Apalagi, kedua mayat tersebut memiliki tato kupu-kupu hitam, yang ternyata juga dimiliki oleh keluarga Aling.

Karena itulah, Ikal, yang belum bekerja sekembalinya dari Perancis dan juga karena terdorong rasa cinta yang menggebu, memutuskan untuk mencari Aling. Namun, itu tidak mudah. Sebab, mayat yang terdampar diduga terbunuh oleh perompak yang menguasai Laut Cina Selatan. Apalagi, di wilayah tersebut ada pulau bernama Batuan—pintu masuk ke Singapura bagi pendatang gelap Indonesia—yang dipenuhi aura mistis. Ikal menduga Aling berada di pulau tersebut.

Rasa cinta yang besar dan penasaran yang membuncah membuat Ikal tak peduli dengan keadaan tersebut. Ikal tetap berniat mencari Aling di pulau Batuan. Caranya, Ikal membuat perahu bernama Mimpi-Mimpi Lintang untuk menuju ke sana. Di sinilah kejeniusan Lintang kembali dihadirkan Andrea.

Kawan dan Budaya
Melalui Maryamah Karpov, Andrea juga menampilkan kembali anggota Laskar Pelangi dan Societeit pimpinan Mahar. Begitu pula dengan paranormal Tuk Bayan Tula dan kisah klenik di dalamnya yang membumbui perjalanan panjang Ikal menemukan Aling. Kisah Bang Zaitun, artis kampung beristri banyak yang kini menjadi sopir angkutan, juga ditampilkan untuk menyegarkan novel ini.

Novel ini mengingatkan pula sosok Mak Cik Maryamah, wanita setengah baya yang ingin barter beras dan biola dengan ibu Ikal dalam Sang Pemimpi. Nurmi, anak Mak Cik Maryamah, yang pandai bermain biola juga dihadirkan. Namun, kehadirannya tidak memberikan esensi cerita apa-apa. Entah mengapa Andrea memilih dua sosok ini untuk dijadikan judul novel terakhirnya ini.

Yang menarik, budaya warga Belitung juga dihadirkan untuk menjatuhkan mental Ikal menemui Aling. Warga Belitung digambarkan senang bertaruh. Tindakan Ikal yang ingin membuat perahu untuk mencapai Pulau Batuan, kemungkinan keberhasilan mengangkat perahu peninggalan zaman kolonial, hingga masalah sepele tentang kesediaan Ikal berobat ke dokter gigi menjadi ajang taruhan warga Belitung.

Kehadiran dokter gigi menggantikan dukun gigi di pulau Belitung sepertinya hal baru bagi kehidupan warga Belitung. Sebelumnya masyarakat Belitung lebih percaya dukun gigi daripada dokter. Ini seolah menggambarkan sisi primitif warga Belitung.

Pemberian nama warga Belitung dalam novel ini juga cukup unik. Andrea memberikan nama-nama tersebut berdasarkan tabiat dan perilaku ataupun pekerjaan masing-masing tokoh. Misalnya ada Marsanip Sopir Ambulans, Modin Mahligai, Berahim Harap Tenang Yunior, Rustam Simpan Pinjam, Munawir Berita Buruk, dan sebagainya.

Permainan Emosi
Maryamah Karpov tidak kalah seru dibandingkan dengan tiga buku sebelumnya. Alur cerita yang mengalir serta dibumbui rangkaian kata puitis dan bahasa sains membungkus permainan emosi yang disodorkan Andrea. Pembaca dibiarkan tertawa, tersenyum, tegang, berpikir, bahkan sedih terharu.

Di awal cerita, disuguhkan perasaan haru-biru. Andea dengan bahasa yang mendayu-dayu mengajak pembaca menyelamai perasaan ayah Ikal yang sumringah karena akan naik jabatan. Namun, ternyata surat pengangkatan jabatan itu salah alamat. Ayah Ikal tetap menjadi buruh rendahan. Di balik tirai, Ikal pun menangis.

Andrea pun membawa pembaca merasakan ketegangan saat Ikal menghadapi detik-detik ujian tesis S2. Andrea juga mengajak pembaca ke suasana kocak ketika menceritakan keruwetan berada di kapal Lawit dari Jakarta menuju Pulau Belitung. Begitu juga saat di mobil angkutan Bang Zaitun, penyambutan Dokter Diaz, serta ketika Mahar dan Tuk Bayan Tula beradu kekuatan. Jadinya, novel ini cukup mengasyikkan ketika dibaca.

Friday, December 05, 2008

Pertaruhan Nyawa Pengantar Paket

Judul Film : Transporter 3
Genre : Laga
Pemain : Jason Statham, Francois Berleand, Natalya Rudakova, Robert Knepper, David Atrakchi
Sutradara : Oliver Megaton
Produksi : Lionsgate Film
Durasi : 100 menit
Rating : 3,5/5


Aksi Frank Martin (Jason Statham) berlanjut dalam film Transporter 3. Dalam film ini, Frank melanggar peraturan yang dipegangnya ketika mengantarkan kiriman. Meski begitu, ada hal baru dari film yang menyuguhkan adegan laga ini.

Film dibuka dengan tewasnya dua orang anak buah kapal karena menghirup gas yang keluar dari drum. Sementara itu, Malcolm Manville (David Atrakchi), teman Frank, tengah dikejar polisi dan penjahat yang mengincarnya. Sampai akhirnya, mobil Malcolm menabrak dinding rumah Frank.

Karena cedera, Malcolm kemudian dibawa dengan ambulans. Tapi, belum jauh dari mobil yang tadi dikendarainya, tubuh Malcolm meledak. Frank terkejut. Apalagi, Frank juga menemukan Valentina (Natalya Rudakova), anak seorang menteri, yang ada di dalam mobil Malcolm.

Setelah itu, Frank berurusan dengan Johnson (Robert Knepper), pebisnis limbah beracun. Johnson meminta Frank untuk mengantarkan sebuah paket ke tempat yang tidak diketahui. Frank hanya diberikan titik koordinat yang mesti dituju. Itu pula yang tadinya dilakukan Malcolm. Singkatnya, Frank menggantikan peran Malcolm.

Karena itu, mau tidak mau Frank harus ditemani Valentina. Padahal, prinsipnya dia selalu bekerja sendirian. Perjalanan tersebut membawa mereka dari Marseille, Stuttgart, Budapest, hingga ke Odessa.

Untuk mengawasi perjalanan paket tersebut, Johnson memasang gelang di tangan Frank dan Valentina. Gelang ini dapat meledakkan pemakainya jika terlalu jauh dari mobil pengantar paket. Inilah yang menyebabkan Malcolm tewas.

Mengantarkan paket tersebut tentunya tak mudah. Ada rintangan yang mesti dihadapi. Frank harus menghadapi kejaran orang-orang suruhan ayah Valentina hingga melawan anak buah Johnson. Namun begitu, Frank mendapat bantuan dari Inspektur Tarconi (Francois Berleand) untuk memecahkan kejahatan ini.

Dari sisi cerita, film ini tidak jauh berbeda dengan dua film sebelumnya. Inti cerita film masih mengenai Frank Martin yang bertugas membawa paket dari satu tempat ke tempat lain. Di balik itu, ada kejahatan yang membayanginya, seperti penyebaran virus dalam film Transporter 2 (2005).

Di sekuel yang ketiga ini juga demikian. Ada kejahatan yang mengganggu upaya kegiatan ramah lingkungan yang didukung ayah Valentina. Gangguan itu berupa memasukkan limbah ke tengah kota. Bisnis yang menjadi pemicunya.

Di film ini pula Frank mendapatkan cinta dari Valentina yang sebetulnya adalah paket yang mesti dikirim. Frank jatuh cinta dengan kirimannya. Inilah bentuk pelanggaran yang dibuat Frank, yaitu tidak membuka barang kiriman. Ini juga menjadi hal baru dalam film yang skenarionya masih ditulis oleh Luc Besson dan Robert Mark Kamen ini.

Namun sayang, kisah cinta ini tidak dikemas dengan baik. Bahkan terkesan dipaksakan. Valentina dibuat terkesima dengan aksi Frank mengalahkan anak buah Johnson. Beberapa kali wajah Valentina yang kagum diambil dari jarak dekat. Setelah itu, tiba-tiba mereka jatuh cinta dan tampak romantis dengan latar pemandangan pegunungan yang indah. Padahal, Frank berkarakter dingin dan sulit untuk mendekati wanita.

Terlepas dari itu, aksi Frank masih tetap mumpuni. Perkelahiannya dengan anak buah Johnson cukup menghibur. Apalagi pertarungan itu mirip dengan gaya berkelahi tangan kosong Jackie Chan melawan banyak orang.

Aksi seru lainnya ketika Frank mengendarai mobil. Untuk menyelamatkan Valentina, Frank meluncurkan mobilnya ke atas kereta api yang sedang melaju. Adegan itu dilakukannya dua kali.

Adegan lain ketika Frank dan mobilnya tenggelam di sebuah sungai. Di sini, nyawa Frank dipertaruhkan. Sebab, dia harus memilih: mati tenggelam atau tubuhnya meledak. Belum lagi adegan Frank dengan sepeda. Jadi, jangan lewatkan film aksi pengantar paket ini.

Friday, November 28, 2008

Terjebak Konspirasi Kontrak Pembunuhan

Judul Film : The Contract
Genre : Drama misteri kejahatan
Pemain : Morgan Freeman, John Cusack, Jamie Anderson, Alice Krige
Sutradara : Bruce Beresford
Produksi : Contract Production
Durasi : 96 menit


Hubungan antara Ray Keene (John Cusack) dan Chris Keene (Jamie Anderson) sedang tak baik. Komunikasi di antara ayah dan anak itu bermasalah. Bahkan hampir terjadi keributan, meski tidak terlalu emosional.

Ray yang mantan polisi dan kini menjadi guru olahraga di sebuah sekolah ini menginginkan Chris untuk tidak tercebur ke dalam pengaruh obat-obatan terlarang. Apalagi sampai menjadi pecandu. Namun, Chris malah membantahnya dengan mengatakan bahwa Ray juga pernah melakukan hal itu ketika masih seusianya.

Akhirnya, Ray berinisiatif mengajak Chris berlibur dengan mendaki gunung. Itu dilakukan untuk memperbaiki komunikasi di antara keduanya. Setidaknya kedekatan antara mereka terjalin kembali.

Sementara itu, di lokasi lain, Frank Carden (Morgan Freeman) bersama timnya baru saja menjalankan misi pembunuhan berdasarkan kontrak yang telah mereka terima. Kelompok Carden ini beranggotakan beberapa pensiunan militer yang pernah melakukan aksi intelijen.

Namun, ketika akan menjalankan kontrak selanjutnya, Frank mengalami kecelakaan. Mobilnya ditabrak truk setelah dia ditelepon sang pemberi kontrak. Frank akhirnya dibawa ke rumah sakit. Namun, karena dia membawa senjata, polisi menangkapnya. Identitasnya pun terkuak. FBI turun tangan untuk menanganinya.

Anggota tim Carden tidak tinggal diam. Mereka berusaha membebaskan Frank karena dia satu-satunya yang berhubungan dengan orang yang memberikan kontrak. Apalagi, pembayaran misi lewat Frank.

Ketika tim itu berusaha menolong Frank, mobil yang membawa Frank malah tercebur jurang. Di tepi jurang, Frank diselamatkan Ray dan Chris yang sedang mendaki. Tapi FBI yang membawa Frank tewas setelah berpesan kepada Ray untuk menyerahkan Frank ke polisi.

Akhirnya, Ray dan Chris dikejar-kejar anggota Frank. Nyawa mereka pun menjadi taruhan. Sementara polisi kota justru sibuk mengamankan prosesi pemakaman seorang anak miliarder yang tewas karena ulah Frank. Ray dan Chris terjebak dalam konspirasi kontrak pembunuhan.

Secara umum, cerita film yang telah lama dirilis, tetapi baru masuk Indonesia belum lama ini cukup istimewa. Inti film ini memang bagaimana upaya Ray menyelamatkan Chris dari pengaruh dan niat jahat Frank.

Akan tetapi, upaya itu dibumbui juga dengan pengkhianatan yang dilakukan salah satu anggota kelompok Frank. Frank juga menjadi incaran pembunuhan. Dengan begitu, film ini menjadi menarik sehingga ceritanya bisa mudah diikuti penonton.

Kendati ceritanya mudah diterima, ada beberapa adegan yang dibangun justru terkesan agak dipaksakan muncul. Misalnya ketika Ray dan Chris bertemu dengan dua pendaki lain. Lalu, pendaki laki-laki tersebut tewas tertembak anggota tim Frank. Dan di akhir cerita, pendaki wanitanya malah memiliki hubungan khusus dengan Ray.

Sementara itu, upaya Ray untuk membangun komunikasi yang baik dengan anaknya tidak diekspos lebih dalam di film ini. Hanya ada sedikit pembicaraan tentang masa lalu ketika mereka akan mulai mendaki.

Untuk adegan pertarungan antara Ray dan anggota tim Frank juga tidak menarik. Ray yang menjadi guru olahraga malah mampu mengalahkan lima orang teman-teman Frank. Padahal anggota tim Frank merupakan para alumni dari dinas intelijen militer.

Meskipun demikian, akting Morgan Freeman cukup apik sebagai pembunuh bayaran yang tampil dingin. Tidak ada gurat di wajahnya yang menandakan ketegangan ketika Frank berupaya untuk membunuh. Frank terlihat berhati-hati dan penuh perhitungan dalam menjalankan sebuah misi kontrak pembunuhan. Morgan Freeman tampil amat santai di film ini.

Romantisme Kisah Cinta Manusia dan Vampir

Judul Film : Twilight
Genre : Drama fantasi romantis
Pemain : Kristen Stewart, Robert Pattinson, Billy Burke, Peter Facinelli, Elizabeth Reaser
Sutradara : Catherine Hardwicke
Produksi : Summit Entertainment
Durasi : 120 menit


Siapa saja bisa jatuh cinta. Cinta juga bisa hadir untuk siapa saja. Sebab, cinta itu memang indah, namun terkadang membutakan.

Secara diam-diam cinta ini muncul di hati Isabella Swan (Kristen Stewart), gadis yang baru saja pindah ke kota kecil bernama Forks. Cinta Bella hadir untuk pemuda tampan berwajah pucat yang memiliki sorot mata tajam dan alis tebal. Pria itu bernama Edward Cullen (Robert Pattinson). Namun, dia bukanlah pria biasa yang hidup seperti manusia normal. Dia adalah makhluk penghisap darah atau vampir.


Rasa cinta yang dialami Bella berawal dari pandangan mata di sekolah. Bella yang baru pindah tentu ingin mencari teman. Namun, dia terpikat oleh kemisteriusan Edward yang selalu berkumpul dengan keluarganya. Di sekolah juga seperti itu. Para siswa menganggap Edward dan keluarganya sebagai keluarga yang aneh. Karena itu, banyak siswa yang tidak menyukai mereka.

Justru Bella menganggap Edward sebagai pemuda dingin yang banyak masalah. Karena itu, dia ingin membantu Edward. Apalagi, ketika sehari setelah mereka bertemu, Edward tidak masuk kelas. Lambat laun akhirnya mereka mulai dapat berkomunikasi dan makin akrab.

Edward juga sering memperhatikan Bella ketika tidur. Itu dilakukannya karena dia juga tertarik dengan Bella. Bahkan, Edward menolong Bella ketika ada mobil yang akan menabraknya. Edward menahan mobil itu dengan satu tangan.


Dari situ, Bella mulai curiga dengan Edward. Ada sesuatu di diri Edward. Bella lalu mencari tahu siapa sebenarnya Edward berdasarkan petunjuk yang didapat. Hingga akhirnya, Bella mengetahui jati diri Edward yang seorang vampir. Bella bisa menerima itu. Apalagi keluarga besar Edward yang hanya menghisap darah binatang juga bisa menerima kehadiran Bella.

Sementara itu, ada vampir lain yang juga hadir di kota Forks. Mereka mencari penduduk kota yang sendirian untuk dihisap darahnya. Sampai suatu ketika, vampir ini mengincar Bella. Tentu Edward, kekasih Bella, tak tinggal diam. Sebab, Bella adalah wanita yang telah ia tunggu-tunggu selama 90 tahun.


Twilight merupakan film yang diangkat dari novel karya Stephenie Meyer berjudul sama. Dalam film ini, vampir tidak lagi menjadi makhluk yang menyeramkan dan selalu mengincar darah manusia. Darah manusia yang menjadi makanan favorit diganti dengan darah binatang.

Vampir di film ini seakan dibuat lebih manusiawi. Makanya, tampilannya pun dibuat lebih sopan, rapi, dan eksklusif. Tak ada gigi taring yang terlihat. Mereka bahkan bisa memiliki rumah besar dan mobil mewah. Jadi, kehidupannya seperti manusia pada umumnya.


Bedanya, mereka tidak dapat mati. Buktinya, di rumah keluarga Edward terkumpul banyak topi wisuda SMA dari beberapa tahun. Romantisme pacaran ala vampir pun berbeda. Antara Bella dan Edward tidak berpacaran dengan menonton film di bioskop, tetapi lebih banyak menghabiskan waktu di atas pohon sambil melihat pemandangan yang indah.

Meskipun begitu, sifat asli dan keinginan untuk menghisap darah manusia terkadang muncul. Tetapi, bagi keluarga Edward, hal itu harus mereka tahan karena mereka sedang ‘diet’ menghisap darah. Ini menjadi cobaan Edward ketika hubungannya dengan Bella makin akrab.

Sayangnya, alur film yang berdurasi hampir dua jam ini terkesan bertele-tele, khususnya ketika di tengah film. Ada beberapa adegan yang seharusnya tidak dibuat panjang-panjang. Mungkin ini dibuat agar sama dengan versi bukunya.

Di samping itu, alur film juga terkesan datar. Konflik baru muncul ketika ada vampir lain yang mengincar Bella. Namun, ketegangan dari adegan itu kurang terlihat. Akibatnya, jalan cerita menjadi biasa saja. Meski demikian, film ini memberikan gambaran vampir yang berbeda.

Thursday, November 27, 2008

Dari Fitri

Saat orang-orang menyanjungmu
ternyata kau hanya seorang yang banyak cela

Saat banyak orang yang bilang kau baik
ternyata hanya alpa yang belum nampak

Saat orang-orang menganggap kau sempurna
ternyata hanya aibmu yang belum terlihat


sekitar kuartal 2006

Wednesday, November 19, 2008

Ekspedisi ke Dalam Perut Bumi

Judul Film : Journey to the Center Earth
Genre : Petualangan
Pemain : Brendan Fraser, Josh Hutcherson, Anita Breim, Seth Meyers
Sutradara : Eric Brevig
Produksi : New Line Cinema dan Walden Media
Durasi : 93 menit


Seorang ilmuwan bernama Profesor Max Anderson menghilang secara misterius pada tahun 1997. Tak ada bukti yang memberikan petunjuk hilangnya ilmuwan tersebut.

Sementara itu, setelah sepuluh tahun berlalu, Trevor Anderson (Brendan Fraser), saudara kandung Max yang sama-sama berprofesi sebagai ahli vulkanologi, menemukan novel Journey to the Center Earth di sebuah kotak yang dibawa Sean (Josh Hutcherson), anak lelaki Max. Dari novel tersebut, Trevor menemukan petunjuk untuk menemukan saudaranya yang hilang.

Trevor yakin petunjuk tersebut bisa mengungkap keberadaan Max. Untuk itu, dia bersama Sean berpetualang mengunjungi Iceland untuk mencari Max. Sesampainya di Iceland, mereka bertemu Hannah (Anita Briem) yang bersedia menemani mereka untuk menemukan Max.

Awalnya, mereka mendaki gunung untuk menemukan sensor seismik yang memberikan petunjuk terakhir keberadaan Max. Namun, ketika Trevor berupaya mencabut sensor tersebut untuk mengambil data yang tersimpan, cuaca berubah secara drastis. Sambaran petir pun datang bertubi-tubi. Sebab, sensor seismik tersebut justru menarik petir ke bumi.

Akhirnya, mereka berlindung ke dalam goa. Nahas, dinding mulut goa tersebut runtuh karena tersambar petir. Mereka terperangkap di dalam goa. Dari sinilah ekspedisi ke perut bumi dimulai.

Tak mungkin membongkar tumpukan batu dari mulut goa, mereka memutuskan mencari jalan lain dengan menelusuri goa. Mereka menemukan sebuah tambang yang sudah lama ditinggalkan. Berdasarkan keterangan yang diperoleh Hannah, tambang tersebut sudah tidak dioperasikan karena mengalami bencana. Sebanyak 81 penambangnya tewas dan hanya seorang yang selamat.

Penelusuran tambang tersebut malah membuat mereka kian terperosok ke dalam perut bumi yang jaraknya sangat dalam. Justru karena itu, mereka menemukan sesuatu yang tak pernah ditemukan di permukaan bumi. Mereka melihat suasana perut bumi yang sangat menakjubkan. Bahkan, di dalamnya ada kehidupan yang tak mungkin diperkirakan banyak orang.

Berbeda dengan film petualangan lainnya, sutradara Eric Brevig menyajikan sesuatu yang khas pada film ini. Ciri khas tersebut menonjol pada tampilan film yang diberikan Eric. Film ini dapat ditonton secara tiga dimensi (3D). Hasilnya tentu memberikan tampilan yang lebih tajam dan tampak nyata di hadapan penonton. Dengan begitu, penonton dapat merasa ikut berpetualang ke dasar bumi bersama Trevor, Sean, dan Hannah.

Karena dapat ditonton secara tiga dimensi, tampilan gambar di film ini dibuat senyata mungkin. Burung kecil yang bersinar dan selalu menemani Sean, batu yang dapat mengambang karena berada di medan magnet bumi, lautan yang terhampar luas dengan paparan sinar yang berasal dari kumpulan gas, serta ikan dan tanaman bertaring yang ganas tampak amat nyata. Jadinya, semua visual efek dan efek tiga dimensi dalam film ini begitu hidup.

Untuk menonton film yang diangkat dari novel fantasi klasik berjudul Journey to the Center Earth karya Jules Verne di tahun 1864 ini penonton tak perlu mengernyitkan dahi terlalu dalam. Bahkan, akal sehat dan logika sepertinya harus dikesampingkan. Misalnya, adanya dinosaurus di dalam perut bumi. Penonton tak perlu pusing memikirkan apakah itu benar atau tidak.

Kata-kata ilmiah yang selalu diungkapkan Profesor Trevor Anderson dan kata-kata asing yang kerap terdengar juga tak perlu dipikirkan penonton. Itu hanya untuk menunjukkan sisi keilmuwan dari Trevor. Jadinya, silakan menikmati film berdurasi 93 menit ini dengan santai dan nikmati indahnya pemandangan perut bumi tanpa harus berpikir rumit. Sebab, alur ceritanya juga sederhana.

Tuesday, November 18, 2008

Membangun Komunikasi dan Interaksi Positif

Judul Buku : Bagaimana Memulai Percakapan dan Menjalin Persahabatan
Penulis : Don Gabor
Penerbit : Ufuk Press
Terbit : November 2008
Halaman : xii + 260


Komunikasi menjadi sarana penting untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Entah itu rekan bisnis, teman kerja, keluarga, ataupun orang yang berseberangan dengan pemikiran kita. Karena hal itu, komunikasi membawa manusia dapat berinteraksi dengan siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.

Namun demikian, tidak semua manusia dapat berkomunikasi dengan siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Di sinilah uniknya. Manusia sebagai makhluk individu yang sekaligus sebagai makhluk sosial.

Ada beberapa hambatan dan keengganan dalam diri yang membuat manusia sulit untuk memulai komunikasi dan berinteraksi. Akibatnya, manusia seperti terkungkung dalam kesendirian. Padahal sebetulnya manusia merupakan makhluk unik yang tidak dapat hidup dengan orang lain. Karena itulah buku ini hadir untuk mendobrak kebuntuan saat mengawali berkomunikasi dengan orang lain.

Masalah utama yang sering dialami seseorang untuk memulai percakapan adalah kekurangpercayaan diri. Inilah yang menyebabkan kecemasan dan rasa takut menghantui saat memutuskan memulai percakapan dengan orang lain.

Menurut Don Gabor, perlu memberikan kesan menarik sebelum memulai percakapan. Bahasa tubuh merupakan faktor pertama yang mesti diperhatikan. Sebab, bahasa tubuh mengomunikasikan perasaan dan sikap kita sebelum memperlihatkan tingkat penerimaan terhadap orang lain (hlm 4). Apabila bahasa tubuh telah menunjukkan bahwa diri kita terbuka, orang lain akan senang diajak berkomunikasi. Percaya diri juga akan meningkat.

Gabor melanjutkan, setelah mampu membangun percaya diri yang ditunjukkan dengan bahasa tubuh, melontarkan pertanyaan-pertanyaan ritual dan cuma-cuma menjadi langkah selanjutnya dalam menjalin interaksi. Namun sebelumnya, jangan lupa untuk memperkenalkan diri, tujuan, dan alasan berkomunikasi serta mengingat nama orang yang diajak berbincang-bincang.

Sambil mengajukan pertanyaan-pertanyaan umum, penulis yang dikenal sebagai pelatih komunikasi dunia ini juga menyarankan mencari minat orang yang diajak bicara. Carilah pemicu reaksi (minat) orang lain untuk membicarakannya dan ungkapkan pula minat Anda sehingga komunikasi akan terjaga dan berlangsung terus-menerus (hlm 90).

Komunikasi sebetulnya merupakan percakapan dua arah. Dalam hal ini, selain mampu menyampaikan ide atau gagasan yang kepada lawan bicara, mendengarkan apa yang diutarakan orang lain juga menjadi hal lain yang perlu diperhatikan. Mendengarkan aktif mendorong orang untuk terus berbicara (hlm 42). Lagi pula percakapan yang baik merupakan keseimbangan antara berbicara dan mendengarkan (hlm 92).

Layaknya perjumpaan yang diikuti perpisahan, komunikasi juga demikian. Menutup komunikasi dengan meninggalkan kesan positif dapat menjalin hingga ke jenjang persahabatan. Untuk mencapai hal tersebut, Gordon memberikan beberapa teknik membuat lawan bicara terkesan dan mau melanjutkan percakapan di lain hari.

Teknik-teknik tersebut di antaranya menyatakan sesuatu yang menarik dari orang yang diajak bicara, mengutarakan menikmati perbincangan dan mengajak untuk bicara lagi di lain waktu, serta mengucapkan sampai jumpa (hlm 134).

Buku ini tidak hanya mengulas dengan terperinci mengenai teknik dan cara memulai sebuah percakapan, tetapi juga mengenai hal-hal yang dilarang ketika berkomunikasi dengan orang lain. Di samping itu, buku ini memaparkan teknik dan hal yang mesti dihindari ketika berkomunikasi dengan seseorang yang berasal dari negara lain. Berinteraksi melalui e-mail dan ruang chatting juga diulas dalam buku ini yang dilengkapi dengan paparan mengenali gaya percakapan.

Pemaparan dan ulasan tersebut terbagi dalam empat bagian. Bagian pertama mengulas bagaimana memulai percakapan dengan percaya diri, bagian kedua bagaimana melanjutkan percakapan dengan kepintaran dan pesona. Adapun bagian ketiga menerangkan cara mengakhiri percakapan dengan kesan yang hebat, sementara bagian terakhir memaparkan cara berkomunikasi ke tingkat selanjutnya.

Buku, yang pengemasannya kurang teliti terutama soal kesalahan ketik dan nama bagian pembahasan yang tidak ditulis dalam daftar isi, ini ditulis dengan bahasa ringan dan mudah dicerna. Dengan begitu, buku ini layak dibaca berbagai kalangan untuk menjalin interaksi, komunikasi, dan persahabatan dengan siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.

Tuesday, November 11, 2008

Adanya Hanya Apa Adanya

Aku hanya orang biasa dan sederhana
Aku juga hanya orang yang apa adanya

Adanya hanya kardus bekas untuk tidur
Adanya hanya satu setel pakaian di badan
Adanya hanya uang receh tuk makan hari ini
Adanya hanya langit tuk jadi atap

Adanya hanya apa adanya

Aku hanya orang biasa dan sederhana
Aku hanya berharap bertemu orang biasa dan sederhana
Tentu saja juga apa adanya

Adanya hanya rumah tingkat di Pondok Indah
Adanya hanya mobil ber-AC
Adanya hanya emas di brankas
Adanya hanya jabatan komisaris

Adanya hanya apa adanya

Aku hanya orang biasa dan sederhana
Aku juga hanya orang yang apa adanya

Thursday, November 06, 2008

James Bond Kehilangan Ciri Khas

Judul Film : Quantum of Solace
Genre : Aksi/Laga
Pemain : Daniel Craig, Olga Kurylenko, Judi Dench, Mathieu Amalric, Gemma Artenton, Jesper Christensen
Sutradara : Marc Foster
Produksi : Sony Pictures
Durasi : 105 menit


Petualangan detektif mata-mata asal Inggris James Bond berlanjut. Namun, film yang dibesut Marc Forster ini sedikit berbeda dengan film-film James Bond sebelumnya. Tokoh James Bond juga dihadapkan pada dua hal, yaitu sisi emosionalnya dan tanggung jawab terhadap tugas.

Quantum of Solace merupakan kelanjutan dari film Bond sebelumnya, Casino Royale. Di akhir film terdahulu, nyawa M (Judi Dench) terancam. Bond (Daniel Craig) pun berusaha menyelidikinya, termasuk menelisik kematian Vesper, kekasih Bond di film Casino Royale. Penyelidikan tersebut berlanjut di film ini, tetapi bukan menjadi ide utama film.

Awalnya, Bond berhasil menangkap White (Jesper Christensen), orang yang diduga berusaha membunuh M dan orang di balik kematian Vesper. Penangkapan itu terjadi di Siena, Italia. Ketika diinterogasi, White mengatakan, “Organisasimu tak tahu kalau sedang dimata-matai kelompok lain.” Setelah itu, seorang anggota intelijen yang dipimpin M membelot. White pun bebas.

Sementara itu, Bond mendapatkan tugas menyelidiki rencana kudeta yang terjadi di Bolivia. Penyelidikan ini membawa Bond hingga ke Haiti. Di sana, Bond bertemu Camille (Olga Kurylenko) yang membawanya mengenal Dominic Greene (Mathieu Amalric), pebisnis yang kejam. Green juga memimpin Quantum, organisasi yang berusaha menguasai sumber daya air di Bolivia.

Untuk mencari informasi lebih jauh mengenai Greene, Bond harus terbang hingga ke Austria. Dari sini, diketahui bahwa banyak pejabat dari berbagai negara yang berminat dengan rencana Quantum. Liciknya, Greene menyembunyikan misinya dengan kegiatan peduli lingkungan dan bisnis minyak.

Greene juga mendukung Jenderal Medrano (Joaquin Cosio) yang berencana melakukan kudeta di Bolivia. Namun syaratnya, Medrano harus menyerahkan salah satu wilayah di Bolivia.
Medrano bersedia karena menganggap daerah tersebut tak memiliki apa-apa. Padahal di balik itu, daerah tersebut kaya air. Dalam rencana Greene, nantinya pemerintah yang baru akan membeli air tersebut darinya. Bond harus mencegah ini terjadi.

Musuhnya Emosi
Di film ini, Bond tidak hanya dihadapkan pada konspirasi yang dilakukan Greene, tetapi juga sisi emosionalnya. Setelah kematian Vesper, Bond selalu bertindak brutal dan liar ketika bertugas. Sebab, Bond frustrasi tak bisa membalas dendam.

Bahkan tak jarang, sejumlah saksi kunci dalam penyelidikannya terbunuh di tangan Bond. Rekan Bond, Mathis, dan beberapa detektif juga menjadi korban dalam upaya penyelidikan ini.
Tindakan ini tentu membuat M khawatir. Bahkan, Wakil perdana menteri Inggris meminta M untuk membawa Bond kembali ke London.

Camille, yang menjadi kekasih Greene, juga ingin meluapkan emosinya. Camille ingin membalas dendam kepada Jenderal Medrano yang telah menghancurkan keluarganya. Jadinya, Camille dan Bond bekerja sama untuk meraih tujuan mereka berbeda.

Ciri Khas Hilang
Quantum of Solace ini lain dari film Bond sebelumnya. Kekhasan film detektif 007 tidak terlihat di film ini. Penonton tidak akan mendengar ‘Bond, James Bond’ yang menjadi ciri khas James Bond ketika memperkenalkan diri.

Begitu pula ketika memesan minuman kesukaan Bond. Ungkapan, ‘shaken not stirred’ juga tidak terdengar. Malah, di suatu adegan, Bond meminum minuman yang belum pernah dirasakannya. Seorang pelayan bahkan harus menjelaskan minuman tersebut.

Alat-alat berteknologi modern dan kendaraan yang memiliki peralatan canggih juga tidak tampak di film ini. Hanya teknologi di kantor M yang terlihat modern dan telepon genggam milik Bond. Selebihnya, hanya peralatan biasa.

Meskipun demikian, adegan dalam film ini terasa lebih padat dan berisi dibanding film Bond lainnya. Selain karena durasinya yang lebih pendek, penggarapan film ini lebih terasa hidup.

Aksi-aksinya bahkan lebih menegangkan meski cerita dalam film ini sangat kompleks. Namun, sungguh sayang jika melewatkan film legendaris ini.

Friday, October 31, 2008

Emas, Investasi yang Nilainya Tak Pernah Turun

Harga emas di masa mendatang bisa jadi lebih tinggi dari harga saat ini. Ini tentu menjadi investasi yang menguntungkan di tengah terguncangnya kondisi ekonomi global. Bahkan, sebuah analisis yang dipublikasikan tahun 2003 menyebutkan bahwa harga emas pada tahun 2013–1015 bisa mencapai US$ 8.000 per troy ounce. Sungguh fantastis, bukan?

Untuk gambaran, harga emas 24 karat pada akhir 2007 sekitar Rp 230.000 per gram. Namun kini, harga emas sudah mencapai Rp 270.000 per gram. Adapun harga emas 22 karat telah bernilai Rp 240.000. Ini menandakan bahwa harga emas cenderung akan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Di Indonesia, emas telah menjadi salah satu instrumen investasi favorit. Maklum, cara mendapatkannya sungguh mudah. Investor tinggal membeli emas saat harganya murah dan menjualnya ketika harganya tinggi.

Ada beberapa pilihan bentuk investasi emas yang bisa dimanfaatkan investor. Cara yang sederhana adalah membeli dan menyimpan perhiasan emas. Perhiasan ini bisa berupa kalung, cincin, anting, dan sebagainya. Jika membutuhkan dana, perhiasan emas ini bisa dengan mudah dijual ke toko emas.

Meskipun begitu, berinvestasi pada emas batangan jauh lebih menguntungkan dibandingkan emas perhiasan. Sebab, jika akan menjual emas perhiasan, ongkos pembuatannya tidak lagi masuk hitungan. Padahala, ongkos pembuatan itu bisa mencapai sekitar 20% dari harga suatu perhiasan. Akibatnya harga emas perhiasan akan lebih rendah dibandingkan emas batangan.

Dinar Emas
Belakangan, ada pula orang yang berinvestasi dalam bentuk dinar emas. Dinar emas ini berbentuk koin emas 22 karat dengan berat 4,25 gram. Jadi, investor yang ingin menyimpan dinar emas harus membelinya dalam bentuk koin.

Pada prinsipnya, investasi dinar emas sama dengan emas batangan. Baik dinar emas maupun emas batangan memiliki nilai intrinsik yang tetap. Bahkan, nilai tersebut akan cenderung meningkat seiring berjalannya waktu. Selain itu, layaknya emas batangan, dinar emas juga tahan terhadap gejolak ekonomi maupun inflasi.

Sebagai perbandingan, pada Oktober 2007 lalu, harga koin dinar Rp 900.000. Lalu, nilai koin dinar perlahan-lahan naik dan sempat mencapai puncaknya di level Rp 1,3 juta. Namun, pada Oktober 2008, harganya turun menjadi Rp 1.120.000 sampai Rp 1.150.000.

Namun begitu, dinar emas jauh lebih mudah untuk dijual. Andaikan ingin menjual 5 dinar emas dari 100 dinar emas yang dimiliki, kita hanya jual sebanyak yang ingin dijual. Sisanya bisa disimpan kembali. Ini berbeda dengan emas.

Apabila mempunyai 50 gram emas batangan, tentu sulit untuk menjual 5 gram saja. Inilah keuntungan berinvestasi dengan dinar emas. Akan tetapi, investasi dengan dinar emas belum dilirik banyak orang karena masih dianggap hanya untuk golongan tertentu saja, khususnya umat muslim. Jadi, silakan berinvestasi.

Sebuah Pertunjukan Pesta Perpisahan SMA

Judul Film : High School Musical 3: Senior Year
Genre : Drama musikal
Pemain : Zac Efron, Vanessa Hudgens, Ashley Tisdale, Lucas Grabeel, Corbin Bleu, Monique Coleman
Sutradara : Kenny Ortega
Produksi : Waltz Disney Pictures
Durasi : 100 menit


Masa-masa SMA merupakan pengalaman yang berkesan. Banyak peristiwa menarik di dalamnya. Berbagai kenangan dan pengalaman akan tersimpan. Namun, masa indah tersebut akan berakhir ketika berada di tingkat akhir. Sementara itu, cita-cita, motivasi, harapan, dan kekhawatiran akan masa depan hadir di lubuk hati. Kedewasaan dan meraih impian menjadi tujuan lainnya.

Itulah yang tergambar dari film High School Musical 3: Senior Year. Film ini merupakan sekuel dari dua film sebelumnya yang berjudul sama. Namun, perpisahan setelah menyelesaikan studi di SMA menjadi ide cerita dalam film ini.

Film ini berkisah mengenai perayaan kelulusan siswa-siswi East High School. Sepasang kekasih, Troy (Zac Efron) dan Gabriela (Vanessa Hudgens), bersama teman-teman mereka berencana membuat pesta perpisahan sebelum wisuda digelar. Diarahkan oleh guru Dabus (Alyson Reed), sebuah tim akhirnya terbentuk untuk membuat pesta perayaan kelulusan.

Troy, Gabriela, Sharpay Evans (Ashley Tisdale), Ryan Evans (Lucas Grabeel), Chad Danforth (Corbin Bleu), Taylor McKessie (Monique Coleman), dan Kelsi Nielsen (Olesya Rulin) merupakan anggota dari tim tersebut. Mereka yang akan merancang pesta itu.

Berbagai persiapan pun dilakukan. Konsep pertunjukan pun terbentuk, yaitu sebuah drama musikal. Ryan dan Sharpay Evans ditunjuk sebagai koreografer, Kelsin Nielsen sebagai pengarah musik, Troy dan Gabriela adalah lakon utama, sedangkan Chad dan Taylor membantu dari belakang panggung.

Untuk menambah semarak acara, anggota cheerleader sekolah diperbantukan. Begitu pula beberapa anggota tim basket kebanggaan sekolah, Wildcats, unjuk kebolehan dalam perayaan kelulusan. Jadinya, pertunjukan pesta berlangsung meriah dan menjadi momen yang tak terlupakan.

13 Lagu
Dalam film berdurasi 100 menit ini, setidaknya terdapat 13 lagu yang diputar sepanjang film. Termasuk, lagu-lagu yang dibawakan para pemeran ketika pesta kelulusan berlangsung. Lagu-lagu tersebut di antaranya Now or Never, Right Here Right Now, I Want It All, Can I Have This Dance, Just Wanna Be With You, A Night To Remember, The Boys are Back, Walk Away, Scream, Spring Musical Medley, We're All in This Together, High School Musical, dan Last Chance.

Melalui lagu-lagu tersebut, kekhawatiran, ketakutan akan masa depan, motivasi, cita-cita, dan harapan dari para lulusan East High School disampaikan. Misalnya lagu Scream yang dinyanyikan Troy ketika hatinya galau menentukan pilihan untuk melanjutkan sekolah di Universitas Albuquerque ataupun Juilliard.

Begitu pula, lagu Walk Away yang menggambarkan suasana hati Gabriela yang harus berpisah dengan kekasihnya maupun teman-teman sekolahnya. Sementara lagu I Want It All yang dinyanyikan Evans bersaudara menggambarkan cita-cita dan harapan akan masa depan. Adapun lagu Just Wanna Be With You dan A Night To Remember menggambarkan kenangan-kenangan indah ketika bersekolah maupun saat bersama kekasih. Lagu ini dinyanyikan Troy dan Gabriela.

Sementara itu, dari sisi penggarapan cerita, tema film ini sangat sederhana sehingga mudah diikuti oleh penonton. Bahkan, film ini nyaris tidak ada konflik. Meskipun demikian, sikap iri untuk menjadi yang utama terlihat dari tokoh Sharpay yang cemburu dengan kepintaran Gabriela. Jadinya, film ini datar saja.

Namun begitu, unsur musikalitas melalui pemilihan musik dan lagu yang kebanyakan bernada ceria menjadi hal yang dikedepankan. Lagu-lagu itulah yang menjadi kunci dalam film arahan Kenny Ortega ini. Kekuatan lagu tersebut didukung pula dengan gerak tari yang harmonis dengan alunan musik. Akhirnya, suasana ceria sebuah pesta perpisahan terwujud.

Tuesday, October 21, 2008

Misteri Korban Pembunuhan Bertato Sayap

Judul Film : Max Payne
Genre : Aksi/Thriller
Pemain : Mark Walhberg, Ludacris, Mila Kunis, Donal Logue, Amaury Nolasco, Beau Bridges, Chris O’Donnell
Sutradara : John More
Produksi : 20th Century Fox
Durasi : 100 menit


Tato sayap menjadi misteri bagi detektif Max Payne (Mark Walhberg). Di tubuh korban pembunuhan selalu ditemukan tato tersebut. Korban terakhir adalah Natasha (Olga Karulynko), wanita yang baru dikenalnya di sebuah pesta. Tubuh Natasha ditemukan berserakan di sebuah jalan.

Tak berapa lama, korban bertambah. Termasuk Alex Balder (Donal Logue), rekan kerja Max. Namun anehnya, Alex tak memiliki tato sayap di tubuhnya. Alex tewas ketika akan memberi tahu Max mengenai hubungan kematian Michelle, istri Max, dengan para korban bertato sayap.

Max, yang curiga dan ingin membalas dendam kematian istrinya sekaligus mengungkap misteri pembunuhan, justru dituduh sebagai pembunuh Alex dan Natasha. Sebabnya, identitas Max ditemukan saat kematian Natasha. Max juga berada di lokasi kejadian ketika Alex terbunuh.

Max pun berupaya membongkar misteri pembunuhan sekaligus menuntaskan dendam kematian istrinya. Dengan dibantu Mona Sax (Mila Kunis), kakak Natasha, Max mencari petunjuk mengenai tato sayap yang ada di setiap korban pembunuhan.

Mereka lalu mendatangi toko pembuat tato. Dari situ diketahui bahwa tato sayap merupakan lambang dari pasukan malaikat yang bersedia mati. Nyawa pemilik tato itu diibaratkan malaikat yang memiliki sayap.

Untuk menuntaskan dendam, Max mendatangi Jason Colvin (Chris O’Donnell), atasan Michelle. Max menanyakan pekerjaan terakhir Michelle. Dari pengakuan Jason, Michelle tewas karena sedang mengerjakan formula yang membuat kegigihan tentara berlipat. Bahkan tak takut mati. Sayang, formula itu bersifat adiktif dan penggunanya akan berhalusinasi melihat makhluk bersayap. Formula itu juga bisa membuat pemakainya meninggal.

Pengguna formula tersebut rupanya sudah banyak. Sersan Jack Lupino (Amaury Nolasco) salah satunya. Namun, dia tidak berhalusinasi, tetapi malah merasa tak terkalahkan. Dia juga yang membunuh Natasha dan Alex.

Sementara itu, detektif provost Jim Bravura (Ludacris) juga berupaya menyelidiki Max yang diduga membunuh Natasha dan Alex. Sampai akhirnya dia menemukan kebenaran yang sebenarnya dari misteri tato sayap.

Sepanjang film, penonton disuguhkan kemisteriusan dari tato sayap. Dengan sedikit menggunakan alur mundur untuk memperlihatkan kehidupan harmonis Max dan istrinya, film ini sedikit demi sedikit memberikan petunjuk untuk mengungkap misteri pembunuhan.

Film yang diangkat dari video game ini juga menampilkan banyak ketegangan yang didukung musik yang cukup membangun suasana. Bahkan, untuk mengentalkan sisi misteri, film ini digambarkan dengan tampilan yang agak suram, mirip film horor. Apalagi, teror makhluk bersayap ketika akan mengambil nyawa seseorang juga hampir seperti film horor.

Penampilan Mark Walhberg pun patut diacungi jempol. Karakter seorang polisi yang sakit hati dan ingin membalas dendam dapat diperankan dengan baik. Mimik wajah yang serius dan tanpa ada senyum sedikit pun menyiratkan betapa balas dendam menjadi tujuannya.

Sayang, karakter tokoh-tokoh lain kurang mengena karena banyaknya tokoh yang hadir. Kehadiran para tokoh tersebut hanya sebatas numpang lewat. Misalnya, istri Alex, Charista, yang diperankan Nelly Furtado. Tanpa kehadirannya, cerita film ini masih bisa diterima meski memiliki permasalahan yang kompleks.

Meskipun demikian, film sepanjang 100 menit ini cukup menarik. Buktinya, pada pemutaran perdana, film ini telah merajai box office pekan ini dengan meraih pendapatan lebih dari US$ 18 juta.

Friday, October 10, 2008

Ketika Teknologi Memata-matai Tindakan Manusia

Judul Film : Eagle Eye
Genre : Aksi/Petualangan
Pemain : Shia Lebouf, Michele Monaghan, Rosario Dawson, Billy Bob Thornton
Sutradara : DJ Caruso
Produksi : DreamWorks Pictures
Durasi : 118 menit


Sistem keamanan Amerika Serikat dikenal terbaik. Teknologi keamanan yang dimilikinya cukup mumpuni. Namun, karena hebatnya, teknologi tersebut menjadi musuh dalam selimut. Presiden Amerika Serikat dan warganya terancam, termasuk Jerry Shaw (Shia Lebouf).

Kehidupan Jerry Shaw terancam setelah saudara kembarnya, Ethan Shaw, meninggal. Tanpa diketahui, apartemen Jerry dipenuhi kiriman senjata dan bahan peledak. Kemudian, ia mendapat telepon misterius yang memintanya untuk segera pergi karena polisi sudah mengepung apartemennya. Jerry menolak pergi lalu tertangkap. Tetapi, ia berhasil kabur.

Sementara itu di tempat terpisah, Rachel Holloman (Michele Monaghan) juga mendapatkan telepon misterius setelah mengantarkan anaknya ke stasiun untuk mengikuti pertunjukan musik. Rachel diminta mengendarai mobil dengan ancaman keselamatan nyawa anaknya.

Tak berapa lama, Jerry, yang dalam pengejaran polisi, mendatangi mobil Rachel. Akhirnya mereka yang tak saling kenal itu dikejar-kejar polisi. Dibantu penelepon misterius melalui pemanipulasian teknologi berupa pemberian petunjuk lewat telepon dan papan reklame, mereka akhirnya lolos dari kejaran.

Namun, petualangan mereka belum berakhir. Justru bertambah gawat karena mereka dianggap sebagai teroris yang mengancam keamanan Amerika Serikat. Karena itu, detektif FBI Thomas Morgan (Billy Bob Thornton) dan Sekretaris Pertahanan Angkatan Udara AS Zoe Perez (Rosario Dawson) bahu-membahu untuk menangkap Jerry dan Rachel.

Di samping harus menghindari kejaran para agen tersebut, Jerry dan Rachel juga mesti menjalankan setiap perintah dari penelepon gelap. Bahkan, setiap tindakan mereka terpantau melalui telepon genggam, kamera CCTV, satelit, dan berbagai peralatan yang terhubung secara online.

Rupanya, penelepon gelap tersebut adalah teknologi milik Amerika yang diprogram untuk memata-matai tindakan seseorang, khususnya yang diduga sebagai teroris. Namun, teknologi bernama Aria ini telah menyalahi prosedur. Jerry dan Rachel menjadi korban dari teknologi ini.
Jerry, yang memiliki struktur wajah dan suara yang mirip kembarannya, hanya digunakan Aria untuk mengaktifkan sebuah program. Program bernama program mati itu dibuat untuk menjalankan misi membunuh presiden Amerika Serikat beserta jajarannya.

Lebih dari itu, program itu juga dapat menghancurkan Amerika melalui bom berbentuk kristal yang telah tersebar. Nyawa ribuan warga Amerika terancam. Bom akan meledak jika terompet yang dimainkan anak Rachel menghasilkan nada tertentu.

Meski begitu, teknologi memata-matai yang dimiliki Amerika Serikat dalam film ini cukup mumpuni. Teknologi ini dapat memonitor segala tindakan seseorang. Bahkan, dapat mengendalikan pusat informasi, seperti telepon, listrik, kereta api, lampu lalu lintas, dan sebagainya. Manusia pun bisa dikendalikan dengan menyerang sisi psikologis.

Film yang berasal dari gagasan Steven Spielberg ini dipenuhi adegan menegangkan yang memancing adrenalin. Aksi kejar-kejaran, tabrakan, dan ledakan memenuhi film berdurasi 118 menit ini. Pengambilan gambar pun terasa hidup karena diambil dari jarak dekat. Seolah-olah penonton ikut hanyut dalam aksi tersebut.

Meski demikian, cerita yang ditulis John Gleen, Travis Adam Wright, Hillary Seitz, dan Dan McDermott ini kurang gereget di akhir film. Jerry, yang tertembak ketika mencoba menyelamat presiden dengan menembakkan tembakan ke udara, justru selamat. Padahal, dia bisa saja mati tertembak karena melakukan aksi yang membahayakan seorang presiden. Namun begitu, film ini cukup menarik untuk ditonton.

Thursday, September 18, 2008

Perjuangan Mencari Kebebasan di Tengah Perang Vietnam

Judul Film : Rescue Dawn
Genre : Drama/Aksi
Pemain : Christian Bale, Steve Zahn, Jeremy Davies, Marshal Bell
Sutradara : Werner Herzog
Produksi : MGM
Durasi : 126 menit


Kebebasan merupakan hak manusia sekalipun ia seorang tawanan. Kebebasan juga merupakan suatu hal yang mahal di masa peperangan. Untuk mendapatkannya, nyawa menjadi taruhan terbesar.

Inilah yang dialami Dieter Dengler (Christian Bale), pilot Amerika Serikat yang ditugaskan menghalau jalur pasokan makanan ke Vietnam Utara yang melewati Laos. Namun sayang, misi tersebut tak dapat diselesaikan karena pesawat Dieter tertembak lalu terjatuh di tengah persawahan. Beruntung, dia masih hidup.

Akan tetapi, dia kemudian tertangkap gerilyawan Vietkong dan disiksa karena tidak mau menandatangani pengakuan bahwa Amerika Serikat sebagai penyebab terjadinya Perang Vietnam. Dieter tak mau mengkhianati negaranya. Dia pun lalu disekap di sebuah kamp di tengah hutan Laos.

Dalam sekapan tersebut, Dieter bertemu Duane (Steve Zahn), Eugene (Jeremy Davies) yang sama-sama berasal dari Amerika, dan beberapa tawanan lain. Mereka dimasukkan dalam satu gubuk. Ketika malam, kaki dipasung dan tangan diborgol satu sama lain agar tidak bisa melarikan diri. Para tawanan tersebut rupanya juga menolak menandatangani sebuah pengakuan.

Dieter ingin bebas dan merancang taktik agar bisa keluar dari sekapan tersebut. Rencana tersebut ditentang Eugene. Namun, tawanan lain justru malah mendukung niat Dieter. Mereka pun mulai menjalankan rencana, mulai dari mengumpulkan nasi, membuat kunci pembuka borgol, membobol dinding kayu, bahkan rela makan cacing.

Waktu untuk kabur ditentukan, yaitu tanggal 4 Juli. Namun, rencana itu berubah dan berganti menjadi saat musim hujan. Waktu ini dipilih untuk mengurangi kesulitan pasokan minuman ketika berada di hutan.

Akhirnya rencana itu berjalan setelah mereka mendengar bahwa para penjaga berencana membunuh tawanan karena kekuarangan pasokan makanan. Namun, mereka lebih dulu membunuh para penjaga yang lengah ketika jam makan. Selepas bebas, mereka memilih jalan masing-masing. Dieter pun pergi bersama Duane menuju Thailand dengan menerobos kekejaman hutan Laos.

Film yang diangkat dari kisah nyata ini menggambarkan bagaimana mahalnya sebuah kebebasan di zaman Perang Vietnam. Kebebasan tersebut haruslah dipertaruhkan dengan nyawa. Bukan hanya musuh bersenjata yang bisa merenggut kebebasan, tapi juga kejamnya alam.

Buktinya, ketika Dieter dan Duane lepas dari sekapan, mereka masih harus bertarung dengan alam. Diguyur hujan lebat hingga terkena longsor dan harus mengarungi sungai menjadi hambatan dan tantangan dalam menuju sebuah kebebasan. Untuk bertahan hidup, mereka saling berbagi nasi aking yang telah dikumpulkan. Memakannya pun hanya dibasahi dengan air hujan.

Namun, di balik itu ada hambatan lain. Kebencian penduduk Vietnam terhadap orang Amerika juga harus dihadapi Dieter dan Duane. Mau tidak mau mereka harus menghindari penduduk. Duane pun menjadi korban kebencian para penduduk tersebut.

Dieter yang berdarah Jerman-Amerika juga harus melawan mentalnya untuk bertahan hidup. Tak hanya Dieter, Duane pun harus bertindak sama. Sayang, Duane tak kuat sehingga ingatannya hilang. Perasaan putus asa karena tak juga ditolong kesatuannya sempat membuat Dieter putus asa. Perasaan tersebut hampir membuat ingatannya hilang.

Sepanjang film, perjuangan seorang pilot US Navy meraih kebebasan digambarkan begitu berat. Suasana yang dibangun pun dibuat suram dan sepi untuk menggambarkan beratnya beban yang dihadapi Dieter. Bahkan, di film ini tak ada desingan peluru yang membabi buta dan musik heroik layaknya film perang ala Hollywood.

Ketika Model Majalah Dewasa Jadi Ibu Asrama

Judul Film : The House Bunny
Genre : Drama komedi
Pemain : Anna Faris, Colin Hanks, Emma Stone, Kat Dennings, Katharine
McPhee, Rumer Willis, Kiely Williams, Dana Goodman
Sutradara : Fred Wolf
Produksi : Universal Pictures
Durasi : 97 menit


Kehidupan beberapa mahasiswi yang tinggal di sebuah asrama berubah drastis begitu diasuh seorang model majalah pria dewasa. Mereka kini lebih berani melihat hidup dan mampu bersosialisasi dengan sejumlah pemuda. Bahkan, mereka berhasil menemukan jati dirinya.

Adalah Shelley (Anna Faris) yang mengubah kepribadian para mahasiswi tersebut. Di awal film, Shelley yang tinggal bak putri di house bunny—tempat menampung para model majalah pria dewasa—harus keluar dari rumah tersebut bertepatan ketika dia berulang tahun. Shelley kemudian berupaya mencari tempat tinggal baru yang dipenuhi wanita, mirip ketika dia tinggal di house bunny.

Sampai suatu ketika dia berkunjung ke asrama putri Phi Liota Mu yang terkenal berkelas dan mewah. Sayang dia ditolak karena bukan sebagai mahasiswi. Apalagi tampilan Shelley yang terlalu seksi. Namun, setelah diberi tahu bahwa di asrama putri Zeta membutuhkan ibu asrama, dia pun melamar pekerjaan tersebut.

Asrama putri Zeta yang terlihat biasa dan sederhana rupanya bermasalah. Asrama Zeta terancam ditutup jika tak ada mahasiswi lain yang berminat tinggal di situ. Tak ada mahasiswi berarti tak ada dana untuk Asrama Zeta.

Shelley yang mengetahui permasalahan tersebut bertekad membantu Natalie (Emma Stone), Mona (Kat Dennings), Harmony (Katharine McPhee), Joanne (Rumer Willis), Lily (Kiely Williams), dan Carrie Mae (Dana Goodman) untuk mempertahankan tempat tinggal mereka dari ancaman dibekukan. Akhirnya, Shelley diterima menjadi pengasuh asrama Zeta.

Berbagai upaya dilakukan Shelley agar Asrama Zeta diminati. Upaya itu antara lain mengubah penampilan penghuni Zeta, dari tak mengenal merias wajah dan terlihat tak menarik menjadi lebih modis dan tampak seksi. Usaha lainnya yaitu mengadakan pesta agar banyak mahasiswi tertarik tinggal di Zeta.

Upaya ini mendapat perlawanan dari penghuni Asrama Phi Liota Mu. Asrama Zeta dan Phi Liota Mu pun bersaing memburu calon penghuni baru.

The House Bunny memiliki alur cerita yang sederhana. Tema yang diangkatnya pun dikemas dengan sangat ringan sehingga mudah diterima penonton. Sayangnya, faktor logika terkadang menjadi hal yang kurang diperhatikan dalam film arahan Fred Wolf ini. Contohnya pesta yang diadakan para penghuni Asrama Zeta sangat meriah padahal mereka sedang kesulitan keuangan. Selain itu, penghuni Asrama Zeta juga sering berganti-ganti pakaian dan selalu tampil dengan riasan yang tergolong menor.

Meskipun begitu, karakter Shelley yang cantik dan seksi cukup memikat mata penonton. Bahkan, keseksian Shelley mampu membuat detak jantung seorang kakek yang tinggal di panti jompo berdenyut kencang.

Dalam film ini, karakter Shelley yang terlihat seksi tapi agak bodoh juga menjadi pengundang senyum penonton. Hal ini tampak ketika Shelley berkencan dengan Oliver, relawan di panti jompo yang pintar. Oliver rupanya tak tertarik dengan kecantikan dan keseksian Shelley. Itu membuat Shelley salah tingkah.

Karakter Shelley pula yang membuat kepribadian para penghuni Asrama Zeta berubah. Setelah Shelley kembali ke house bunny karena akan dinobatkan sebagai ‘Miss November’ untuk majalah pria dewasa, para penghuni Zeta mulai menemukan jati dirinya.

Bahkan mereka menganggap bahwa kecantikan ataupun penampilan bukanlah hal penting. Di balik itu, mengisi otak dengan berbagai ilmu pengetahuan agar menambah wawasan jauh lebih penting daripada kecantikan ataupun keseksian yang selama ini diajarkan Shelley. Hal ini justru menjadi pemikat calon penghuni baru Asrama Zeta.

Wednesday, September 03, 2008

Lanjutan Pertarungan Si Anak Setan

Judul Film : Hellboy II: The Golden Army
Genre : Laga/Fantasi
Pemain : Ron Perlman, Selma Blair, Doug Jones, Anna Walton, James Dodd,Luke Goss
Sutradara : Guillermo Del Toro
Produksi : Universal Pictures
Durasi : 120 menit


Petualangan Anak Setan berkulit merah asal neraka, Hellboy (Ron Perlman), berlanjut di film Hellboy II: The Golden Army. Dalam film ini Hellboy dihadapkan pada permasalahan yang lebih kompleks. Tokoh-tokoh yang membantu Hellboy juga bertambah. Begitu pula dengan jumlah musuhnya yang berasal berbagai macam jenis makhluk aneh. Jadinya, kisah film ini terlihat lebih seru dibanding film sebelumnya.

Di awal film, melalui dongeng sebelum tidur yang dibacakan Profesor Broom kepada Hellboy kecil, dikisahkan bahwa beberapa tahun lalu terjadi pembantaian manusia yang dilakukan pasukan Prajurit Emas yang sangat kuat dan tak dapat dikalahkan. Pasukan ini diciptakan Raja Balor.


Namun, akhirnya terjadi kesepakatan perdamaian antara umat manusia dan Raja Balor. Prajurit Emas pun ditidurkan di sebuah tempat rahasia. Sebuah mahkota yang dapat membangkitkan Prajurit Emas dibagi tiga.

Sayang, Pangeran Nuada (Luke Goss) tidak bisa menerima perjanjian itu dan mengasingkan diri di bawah kota Manhattan. Sampai akhirnya, Nuada melakukan penyerangan di sebuah tempat lelang untuk mendapatkan sebuah potongan mahkota. Tujuannya, ingin menghidupkan kembali Prajurit Emas dan menghancurkan umat manusia.


Para agen Biro Penelitian Paranormal dan Pertahanan (BPRD), Hellboy, Liz Sherman (Selma Blair), dan si manusia ikan, Abe Sapien (Doug Jones), dipanggil untuk menyelidiki penyerangan di tempat lelang. Penyeledikan itu membawa Hellboy ke pasar Troll. Di sinilah Hellboy mulai menyadari bahwa dongeng yang pernah didengarnya akan menjadi nyata. Penyelidikan ini juga mempertemukan Hellboy dengan Dr Johan Krauss (James Dodd), makhluk berbentuk gas yang mendiami pakaian robot.

Setelah membunuh Raja Balor yang juga ayahnya serta berhasil mendapatkan dua bagian mahkota, Nuada mengincar saudara kembarnya, Putri Nuala (Anna Walton) yang memegang satu bagian mahkota. Di pasar Troll, Nuala ditolong Abe dari incaran Nuada. Nuala juga berhasil mengambil peta lokasi Prajurit Emas ditidurkan.


Namun, Nuada kembali berhasil mendapatkan peta tersebut dan menculik Nuala. Selanjutnya, pertarungan antara Hellboy beserta teman-temannya untuk menyelamatkan umat manusia dan Putri Nuala berlanjut dengan mendatangi tempat Prajurit Emas ditidurkan.

Film yang diangkat dari komik ini dibangun dengan alur cerita yang menarik. Guillermo del Toro, sutradara sekaligus penulis skenario, menyusun jalan cerita ini dengan apik. Penonton terkadang dibawanya dalam suatu pertarungan yang seru dan menegangkan dengan menampilkan berbagai macam mahkluk berwujud aneh. Di sisi lain, penonton dihanyutkan pula oleh kekonyolan karakter Hellboy yang tak mau diatur, keras kepala, dan ingin dikenal luas.


Penonton bahkan dibuat khawatir karena Hellboy ternyata bisa saja terbunuh oleh mata tombak Pangeran Nuada yang menancap di dada Hellboy. Akhirnya, alur cerita film yang dirilis tanggal 10 September di Indonesia ini tidak monoton dan membosankan.

Selain itu, penonton juga digiring ke suasana romantis, khususnya antara kisah asmara Hellboy dan Liz maupun Abe dan Nuala. Hal ini jelas terlihat ketika rasa cinta begitu kuat mendorong Liz untuk menyelamatkan Hellboy ketika terkena mata tombak. Begitu juga dengan cinta Abe yang mendorongnya menyelamatkan Nuala.


Sayangnya, alur cerita yang dibangun dengan apik dan ciamik dari awal hingga pertengahan cerita tidak diimbangi dengan akhir cerita yang seru dan menegangkan. Akibatnya akhir cerita menjadi antiklimaks karena kekuatan Pasukan Emas tidak terlalu tampak. Akhir film ini malah menggambarkan Putri Nuala membunuh dirinya yang sekaligus menghabisi nyawa Nuada.

Tuesday, August 26, 2008

Aku dan Kau (1)

Aku hanya tahu apa yang kutahu
Dan kau hanya tahu apa yang kau tahu

Tapi, aku ingin tahu apa yang kau tahu
Dan aku ingin kau tahu apa yang aku tahu

Bahwa aku tak tahu siapa kau
Dan kau tak tahu siapa aku

Jangan katakan kau tak mau tahu siapa aku
Dan aku tak usah mau tahu siapa kau

Meski aku ingin tahu siapa kau
Dan kau tak ingin tahu siapa aku

Aku hanya ingin tahu siapa kau
Dan aku ingin kau tahu siapa aku

Aku ingin hanya kau yang tahu siapa aku
Dan hanya aku yang tahu siapa kau

Aku ingin kau tahu
Dan kau harus tahu

Bahwa aku adalah aku
Dan kau adalah kau


Bekasi, 08-08-2008

Aku dan Kau (2)

Kau ingin tahu siapa aku
Dan kau ingin aku tahu siapa kau

Aku ingin kau tahu
Dan kau memang harus tahu

Bahwa kau adalah kau
Dan aku adalah aku

Aku ingin juga kau tahu
Dan kau memang harus tahu

Bahwa aku tak seperti yang kau kira
Dan kau tak seperti yang kukira

Jadi, kau tetaplah kau
Dan aku tetaplah aku


Bekasi, 08-08-2008

Hadiah dari Hernowo*)


Mengapa harus menulis dari otak kanan dulu baru otak kiri? Itulah pertanyaan yang menggelayut dalam pikiranku ketika membaca hadiah 1 Sekolah Menulis Online. Aneh memang, kok menulis harus seperti itu.

Namun, pikiranku lalu berputar, mencoba mencari tujuan hadiah ini. Sampai akhirnya, aku teringat tentang apa yang pernah ditulis oleh Hernowo, penulis buku Mengikat Makna, Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza, Quantum Reading, Quatum Writing, dan buku lainnya yang berhubungan dengan kemahiran berbahasa, khususnya tentang membaca dan menulis.

Menurut Hernowo, kesulitan awal ketika menulis adalah bagaimana mengeluarkan ide-ide yang bergentayangan di kepala. “Bagaimana mendobrak kebuntuan menulis?” kata Hernowo. Itulah yang menjadi permasalahan penulis pemula (dan juga mungkin penulis senior suatu saat). Wajar memang jika ketika menulis sulit untuk menuangkan ide dalam bentuk kalimat yang pas, enak dibaca, dan gurih.

Di beberapa buku Hernowo tersebut ada yang menyinggung sangat dalam ataupun hanya sebatas permukaan tentang cara mengatasi kebuntuan menulis. Aku lupa di buku yang mana Hernowo menerangkan cara kebuntuan menulis. Meskipun begitu, intinya ada beberapa teknik yang disampaikan oleh Hernowo untuk mengatasi hal tersebut.

Cara pertama dapat dilakukan dengan fast writing atau menulis cepat. Dalam teknik ini dijelaskan bahwa untuk melepas hambatan menulis, si penulis harus menuliskannya apa saja yang benar-benar terlintas dalam pikiran. Hernowo bahkan mengancam agar tidak memikirkan tata bahasa ataupun hal-hal yang berkaitan dengan itu, seperti tanda baca, susunan kalimat, pokoknya apa saja yang menghambat proses penulisan.

Rupanya, cara ini digunakan memang untuk menggairahkan otak kanan agar bisa bebas dan melayang sesuka hati. Maka dari itu, Hernowo menyarankan untuk tidak terlalu terpaku untuk menggunakan otak kiri. “Bagaimana mau bisa menulis kalau terus memikirkan kata ini pas tidak, EYD-nya sudah benar belum ya, atau kalimat ini berhubungan nggak dengan kalimat sebelumnya. Itu kan tugas otak kiri,” mungkin begitu kira-kira ucapan Hernowo dalam sebuah bukunya.

Bahkan, Hernowo menyarankan untuk terus menulis dalam sebuah buku harian. Itu sangat bermanfaat melatih otak kanan, karena dalam buku harian kita bebas menulis apa saja, dengan gaya apa saja, asalkan sesuka kita. Jadi, mirip buku chicken soup versi sendiri.

Menulis buku harian pun, saran Hernowo, harus dilakukan secara rutin, meskipun hanya satu kalimat. Kendati hanya satu kalimat, itu rupanya sudah melatih otak kita untuk terus menulis. Setidaknya itu memberikan stimulus kepada otak untuk tetap menulis.

Hernowo juga menyarankan agar menulis apa saja yang terlintas dalam pikiran kita. Jika kita tidak tahu harus menulis apa, tulis saja seperti itu, ‘saya tidak tahu apa yang akan saya tulis.” Aneh memang tapi itu bisa mendobrak kesulitan kita untuk menulis.

Aku pernah melakukan apa yang disarankan pegawai di penerbit Mizan itu. Awalnya memang sulit. Aku bahkan menulis ‘saya tidak tahu harus menulis apa’ di hampir seluruh tulisan di buku harian. Tapi dari situ, lama-kelamaan entah dari mana ada saja ide untuk menulis ini, menulis itu, dan sebagainya. Makanya, saran Hernowo ini rupanya cukup ampuh buatku.

Di awal-awal menerapkan pelajaran dari pria kelahiran Magelang (kebetulan sama dengan daerah asalku) itu, saya pernah menulis ‘saya tidak tahu harus menulis apa’ sebanyak satu halaman. Dari situ hingga bisa menulis tanpa harus diawali ‘saya tidak tahu harus menulis apa’, sekarang sudah terkumpul tiga buku harian yang semuanya ditulis dalam bentuk soft copy. Bahkan, buku harian itu saya namakan Jejak 1, Jejak 2, dan Jejak 3. Isi ketiga buku itu hanyalah persoalan sehari-hari yang ringan dan yang dialami setiap hari.

Meski cuma berisi tulisan-tulisan ringan, ada perasaan bangga begitu tulisan itu dicetak dan dijilid. Rasanya seperti menghasilkan sebuah buku lalu dicetak sendiri. Namanya juga sederhana, kumpulan tulisan itu akhirnya dicetak menggunakan printer di atas kertas ukuran A4 yang dibagi dua. Setiap halaman dari kertas tersebut diisi tulisan ringan tersebut. Setelah itu dijilid. Untuk menambah keren, saya juga selipkan kata pengantar di setiap buku itu. Sekarang, buku itu tersimpan dengan rapi.

Untuk teknik kedua, Hernowo mungkin terinsipirasi dari pandangan Tony Buzan yang mencetuskan mind map. Mind map atau pemetaan pikiran ini menuliskan sebuah kata tepat di tengah-tengah kertas. Lalu, kata tersebut dihubungkan dengan hal lain yang masih berkaitan. Begitu terus, sampai akhirnya kita dapat memilih salah satu tema dari pemetaan pikiran tersebut. bahkan kalau perlu ditambahkan dengan gambar-gambar atau hal-hal lain yang mendukung, seperti pemberian garis dengan warna yang berbeda agar terlihat ciamik.

Untuk teknik yang satu ini, aku jarang menerapkannya. Kayaknya kurang cocok denganku. Apalagi, menurutku, cara itu lebih njelimet. Akhirnya cara pertamalah yang sering aku gunakan.


*) Tulisan ini merupakan hadiah 1 untuk kelas Sekolah Menulis Online (SMO) yang aku ikuti.

Tuesday, August 19, 2008

Ketika Cermin Menghantui Manusia

Judul Film : Mirrors
Genre : HororPemain : Kiefer Sutherland, Paula Patton, Amy Smart, Mary Beth Peil, Cameron Boyce, Erica Gluck, Julian Glover, John Shrapnel
Sutradara : Alexandre Aja
Produksi : 20th Century Fox
Durasi : 110 menit


Bukan hantu atau makhluk halus yang menjadi sumber kengerian dalam film ini. Namun, cerminlah yang menjadi sumber ketakutan dalam film arahan Alexandre Aja ini. Ide cerita ini sepertinya mirip dengan film Mirror versi Indonesia yang dibintangi Nirina Zubir, yakni sama-sama mengambil cermin sebagai sumber ketakutan.

Kendati mengambil judul yang sama, cerita dalam film ini berbeda dengan film Mirror arahan Hany R Saputra itu. Kisah film Mirrors ala Alexandre Aja lebih menekankan bahwa di balik cermin ada kehidupan lain yang terkadang menakutkan.

Film ini dimulai dari diterimanya Benjamin Carson (Kiefer Sutherland), seorang mantan polisi, menjadi penjaga gedung tua. Gedung tua bernama Mayflower itu kini rusak akibat terbakar beberapa tahun lalu dan dibiarkan terbengkalai

Di saat yang sama Ben sedang mengatasi perasaan bersalah karena pernah menembak rekan sejawatnya ketika masih bertugas di kepolisian. Di samping itu, ia juga.berupaya memulihkan hubungan dengan keluarganya dan mengatasi ketergantungan terhadap minuman keras.

Hingga suatu ketika, saat ia menjaga gedung tua tersebut, Ben menemukan jejak telapak tangan yang menempel di sebuah cermin. Ia berusaha membersihkannya. Tapi, malah telapak tangannya tergores akibat pecahan kaca. Anehnya, cermin yang disentuhnya tidak ada yang pecah.

Setelah itu, di hari yang lain, lagi-lagi Ben menemukan keanehan-keanehan di gedung tersebut terutama yang terlihat dalam sebuah cermin. Keanehan tersebut mulai dari terbakarnya tubuh Ben yang terlihat di cermin, sedangkan di dunia nyata tubuhnya tidak terbakar. Kemudian, ada juga rintihan suara wanita, penampakan seorang wanita yang kesakitan, dan sebagainya.

Cermin tersebut akhirnya mulai meneror kehidupan Ben. Adik Ben, Angela Carson (Amy Smart), menjadi korban teror dari cermin. Ben pun mengkhawatirkan keselamatan sang istri, Amy Carson (Paula Patton), dan dua anak mereka, yakni Michael (Cameron Boyce) dan Daisy (Erica Gluck).

Ben pun mulai menyingkirkan semua benda yang dapat memantulkan bayangan. Bahkan, semua cermin ditutupi dengan cat. Setiap kaca di jendela dan pintu juga ditutupi dengan kertas koran.

Sampai suatu saat, cermin di gedung tua tersebut menggoreskan sebuah nama, yaitu Esseker. Naluri Ben sebagai mantan polisi muncul. Penyelidikan dilakukan untuk mengetahui makna Esseker dan menyelamatkan keluarga Ben dari teror cermin.

Tak ada yang baru dalam film produksi 20th Century Fox ini. Seperti film-film yang menyuguhkan ketakutan, film ini dikemas dengan nuansa suram dan kelam. Bahkan, gedung tua yang menyimpan misteri menjadi hal klise mengingat film horor kerap menampilkan setting ini. Rupanya tak hanya film horor dari Indonesia yang memberikan kesan angker melalui sebuah gedung tua, tetapi juga film arahan sutradara asal Perancis ini.

Sementara itu, dari sisi cerita juga tak istimewa. Alur cerita yang ditulis Alexandre Aja dan Gregory Levassuer mudah ditebak. Apalagi ketika adegan mulai menyeramkan. Tampilan berbagai macam keanehan ataupun keganjilan membuat penonton mudah menebaknya.

Akan tetapi, bagi penikmat film horor, keganjilan-keganjilan yang kian lama kian banyak dan menyeramkan dapat menjadi kenikmatan tersendiri. Apalagi, suguhan suara yang mendukung serta akting Kiefer Sutherland dan Paula Patton yang merefleksikan ketakutan dan kengerian mampu menyokong suasana yang ingin ditonjolkan dari film horor ini. Akhirnya, bersiaplah untuk menerima rentetan teror dari benda yang memantulkan bayangan itu.