Wednesday, November 19, 2008

Ekspedisi ke Dalam Perut Bumi

Judul Film : Journey to the Center Earth
Genre : Petualangan
Pemain : Brendan Fraser, Josh Hutcherson, Anita Breim, Seth Meyers
Sutradara : Eric Brevig
Produksi : New Line Cinema dan Walden Media
Durasi : 93 menit


Seorang ilmuwan bernama Profesor Max Anderson menghilang secara misterius pada tahun 1997. Tak ada bukti yang memberikan petunjuk hilangnya ilmuwan tersebut.

Sementara itu, setelah sepuluh tahun berlalu, Trevor Anderson (Brendan Fraser), saudara kandung Max yang sama-sama berprofesi sebagai ahli vulkanologi, menemukan novel Journey to the Center Earth di sebuah kotak yang dibawa Sean (Josh Hutcherson), anak lelaki Max. Dari novel tersebut, Trevor menemukan petunjuk untuk menemukan saudaranya yang hilang.

Trevor yakin petunjuk tersebut bisa mengungkap keberadaan Max. Untuk itu, dia bersama Sean berpetualang mengunjungi Iceland untuk mencari Max. Sesampainya di Iceland, mereka bertemu Hannah (Anita Briem) yang bersedia menemani mereka untuk menemukan Max.

Awalnya, mereka mendaki gunung untuk menemukan sensor seismik yang memberikan petunjuk terakhir keberadaan Max. Namun, ketika Trevor berupaya mencabut sensor tersebut untuk mengambil data yang tersimpan, cuaca berubah secara drastis. Sambaran petir pun datang bertubi-tubi. Sebab, sensor seismik tersebut justru menarik petir ke bumi.

Akhirnya, mereka berlindung ke dalam goa. Nahas, dinding mulut goa tersebut runtuh karena tersambar petir. Mereka terperangkap di dalam goa. Dari sinilah ekspedisi ke perut bumi dimulai.

Tak mungkin membongkar tumpukan batu dari mulut goa, mereka memutuskan mencari jalan lain dengan menelusuri goa. Mereka menemukan sebuah tambang yang sudah lama ditinggalkan. Berdasarkan keterangan yang diperoleh Hannah, tambang tersebut sudah tidak dioperasikan karena mengalami bencana. Sebanyak 81 penambangnya tewas dan hanya seorang yang selamat.

Penelusuran tambang tersebut malah membuat mereka kian terperosok ke dalam perut bumi yang jaraknya sangat dalam. Justru karena itu, mereka menemukan sesuatu yang tak pernah ditemukan di permukaan bumi. Mereka melihat suasana perut bumi yang sangat menakjubkan. Bahkan, di dalamnya ada kehidupan yang tak mungkin diperkirakan banyak orang.

Berbeda dengan film petualangan lainnya, sutradara Eric Brevig menyajikan sesuatu yang khas pada film ini. Ciri khas tersebut menonjol pada tampilan film yang diberikan Eric. Film ini dapat ditonton secara tiga dimensi (3D). Hasilnya tentu memberikan tampilan yang lebih tajam dan tampak nyata di hadapan penonton. Dengan begitu, penonton dapat merasa ikut berpetualang ke dasar bumi bersama Trevor, Sean, dan Hannah.

Karena dapat ditonton secara tiga dimensi, tampilan gambar di film ini dibuat senyata mungkin. Burung kecil yang bersinar dan selalu menemani Sean, batu yang dapat mengambang karena berada di medan magnet bumi, lautan yang terhampar luas dengan paparan sinar yang berasal dari kumpulan gas, serta ikan dan tanaman bertaring yang ganas tampak amat nyata. Jadinya, semua visual efek dan efek tiga dimensi dalam film ini begitu hidup.

Untuk menonton film yang diangkat dari novel fantasi klasik berjudul Journey to the Center Earth karya Jules Verne di tahun 1864 ini penonton tak perlu mengernyitkan dahi terlalu dalam. Bahkan, akal sehat dan logika sepertinya harus dikesampingkan. Misalnya, adanya dinosaurus di dalam perut bumi. Penonton tak perlu pusing memikirkan apakah itu benar atau tidak.

Kata-kata ilmiah yang selalu diungkapkan Profesor Trevor Anderson dan kata-kata asing yang kerap terdengar juga tak perlu dipikirkan penonton. Itu hanya untuk menunjukkan sisi keilmuwan dari Trevor. Jadinya, silakan menikmati film berdurasi 93 menit ini dengan santai dan nikmati indahnya pemandangan perut bumi tanpa harus berpikir rumit. Sebab, alur ceritanya juga sederhana.

4 comments:

  1. Anonymous21:53

    Mantebfh, ripiu film melulu. Rajin nonton apa beli DVD baj... ups

    ReplyDelete
  2. Anonymous17:42

    beli DVD sekaligus nonton film gratis karena dapat jatah dari 21. hehehehe

    ReplyDelete
  3. Anonymous09:07

    iya sih. gak rumit. aku kebetulan udah liat versi yang agak serius dalam serial TV produksi Hallmark (ada di blogku linknya) dan berharap film ini juga sebagus itu.

    agak kecewa, tapi karena pake 3D, ya lumayan lah.

    ReplyDelete
  4. Anonymous13:08

    sama bro oni. agak kecewa karena ceritanya datar aja. untungnya lihat 3D jadi lebih seru gambarannya

    ReplyDelete