Friday, January 30, 2009

Kisah Bayi yang Terlahir Tua

Judul Film : The Case of Curious Benjamin Button
Genre : Drama
Pemain : Brad Pitt, Cate Blanchett, Taraji P Henson, Julia Ormond, Jason Flemyng, Tilda Swinton, Joanna Sayler
Sutradara : David Fincher
Produksi : Paramount Pictures dan Warner Bros
Durasi : 166 menit
Rating : 5/5


Di malam perayaan berakhirnya Perang Dunia I atau sekitar tahun 1918, seorang bayi terlahir dengan kelainan fisik. Tubuhnya keriput, menyerupai lelaki tua yang berumur 80 tahun. Ibu bayi tersebut meninggal, sedangkan ayahnya, Thomas Button (Jason Flemyng), malah membuang bayi tersebut karena dianggap monster.

Beruntung bayi tersebut diselamatkan Queenie (Taraji P Henson), perawat di sebuah panti jompo. Menurut dokter yang dipanggil Queenie, bayi tersebut mengidap penyakit langka. Umur bayi itu tak akan lama. Namun, perkiraan tersebut salah. Bayi bernama Benjamin (Brad Pitt) itu dapat bertahan hidup dan tinggal di panti jompo.

Hari demi hari kondisi Benjamin tampak lebih bugar dibanding penghuni panti lainnya. Meski wajahnya masih terlihat renta, perilaku Benjamin mirip seorang anak kecil yang ingin mengetahui banyak hal. Karena itu, ia pernah diajar bermain piano oleh salah satu penghuni panti.

Salah satu cucu dari penghuni panti, Daisy menjadi teman Benjamin setiap akhir pekan. Kehidupan Benjamin makin hidup. Kendati Benjamin terlihat tua, Daisy justru melihat ada sesuatu yang istimewa di diri Benjamin.

Suatu saat, Benjamin bermain di pelabuhan. Sampai akhirnya, Kapten Mike mencari anak buah kapal. Benjamin pun melamar untuk bekerja di kapal tersebut. Hal itu justru membawa Benjamin berkeliling dunia. Bahkan, mulai mengenal seks dan terpikat kecantikan Elizabeth Abbots, istri menteri luar negeri Inggris. Benjamin juga ikut Perang Dunia II.

Setelah itu, Benjamin bertemu Queenie dan Daisy (Cate Blanchett) yang telah dewasa dan cantik serta menjadi penari balet. Benjamin juga tampak lebih muda dari sebelumnya. Sampai akhirnya Benjamin berkenalan dengan Thomas, ayah yang membuangnya. Ketika Thomas meninggal, Benjamin mendapatkan banyak warisan, mulai dari pabrik kancing, rumah mewah di tengah kota dan pinggir pantai, serta perahu layar.

Akan tetapi, setelah Queenie meninggal, pria yang hidup makin muda itu akhirnya menikah dengan Daisy dan menghasilkan seorang putri yang cantik. Caroline namanya.

Kini, di sebuah rumah sakit, Caroline (Julia Ormond) diminta Daisy—yang sedang menanti ajal karena penyakit gula—untuk membacakan buku harian milik Benjamin. Diiringi badai katarina yang siap menyerang, lembaran-lembaran buku yang dibaca Caroline menjadi perpindahan adegan ke kehidupan Benjamin di masa lampau.

Penggunaan alur flashback itu digarap apik oleh David Fincher, sang sutradara. Penonton diajak memasuki tiap sendi kehidupan Benjamin yang akhirnya meninggal dalam kondisi bayi. Setiap adegan yang diperlihatkan Fincher menghadirkan sinematografi yang indah dan memanjakan mata, khususnya ketika Benjamin dan Daisy memadu kasih di kapal layarnya.

Hal menarik lain dari film yang mengadaptasi cerita pendek karya F Scott Fitzgerald dalam bukunya Tales of the Jazz Age (1921) itu adalah tata rias yang hampir sempurna. Penampilan Brad Pitt dan Cate Blanchett untuk menunjukkan masanya sungguh nyata. Itu tentu dibantu dengan penggunaan teknologi dan efek visual yang amat maksimal, sehingga mampu menghadirkan tampilan fisik Brad maupun Cate yang nyata.

Untuk menghadirkan hal tersebut, Fincher bahkan menggunakan tujuh aktor untuk memerankan Benjamin tua hingga muda. Mereka adalah Peter Badalamenti, Robert Tower, Tom Everrett, Spencer Daniels, Chandler Canterbury, dan Charles Henry Wyson. Brad hanya memberikan wajahnya untuk dipadukan dengan tubuh ketujuh orang tersebut. Brad Pitt benar-benar tampil utuh ketika adegan di kapal saat salju menerpa.

Tak heran, untuk kategori tata rias dan efek visual film ini masuk nominasi Oscar 2008. lebih dari itu, film ini juga dinominasikan untuk kategori sinematografi, rancangan kostum, film terbaik, aktor terbaik, aktris pendukung terbaik, artistik, sutradara, penata musik, editing, penata suara, dan skenario.

Pada akhirnya, film yang diakui Fincher cukup lama dalam proses penggarapannya, yakni sejak 2003, ini mencoba mengajak penonton becermin betapa hidup adalah sebuah proses yang harus dilewati. Diawali dari proses kelahiran, hingga mencapai proses kematian. Cinta dan perjuangan hidup menemukan identitas diri juga menjadi bagian yang menarik untuk disimak.

10 comments:

  1. Kalo gua telusuri, banyak yang memuji film ini, hanya beberapa orang yang tidak menyukainya. 1 : 5 lah.

    ReplyDelete
  2. Anonymous13:59

    kalo bang mupi termasuk yang mana nih. yang 1 atau yang lima. hehehehe.

    kalo saya perkirakan, film ini bakal menyabet film terbaik loh. lihat aja daftar panjang nominasinya, lengkap banget.

    tapi sayangnya, academy award gak dapat banyak.

    ReplyDelete
  3. Saya masuk yang 4 (diluar jalur hehehe), menikmati filmnya hingga akhir karena ide uniknya, tapi mengkritik film yg lamban bercerita.

    ReplyDelete
  4. Anonymous11:18

    Aku kurang begitu suka filmnya, terutama dari segi cerita.
    Gak nancep banget deh pokoknya. gak tau kenapa :)

    ReplyDelete
  5. Anonymous12:03

    wah bung gilasinema masuk kategori satu dari lima orang yang tidak menyukai film ini. lain lagi sama bung yusahrizal yang keluar jalur (hehehehe).

    bagaimanapun tiap orang punya banyak versi dengan film ini. ada yang menyanjung bahkan mencekalnya. ya mirip film PBS dari indonesia dan SM yang juara film terbaik pada ajang kemarin.

    ReplyDelete
  6. gua sih seperti Gila Sinema. Gua ga suka banget tapi gua merekomendasikan film ini sebagai renungan. Sekali lagi gua lebih suka Forrest Gump. Gua sih memprediksi nih film, menang di naskah atau adaptasi terbaik, tata rias atau mungkin spesial efek terbaik. Mungkin di sutradara terbaik kali tapi not sure. Yang pasti Pitt tidak pantas dinominasikan sebagai aktor terbaik. Lebih bagusan 12 Monkeys. Babel dan Burn after reading, gua belon nonton.

    ReplyDelete
  7. Anonymous08:29

    gue suka bagian terakhirnya. tapi awal sampai tengah terlalu biasa dan hollywood banget. percintaannya makan porsi terlalu banyak. bagus, tapi gak bagus banget. 4/5

    ReplyDelete
  8. Anonymous11:58

    Memang terasa aura Hollywood-nya. Tapi setidaknya, film ini menurut gw cukup unik karena idenya yang lain daripada film-film kebanyakan.

    Dari keempat film, minus 12 Monkey yang belum ditonton, akting Pitt menurut gw bagus karena dia bisa memerankan karakter yang berbeda-beda dengan melepas karakter yang pernah dilakukan sebelum-sebelumnya. Kalau beda pendapat, asyik aja. Betul gak?

    ReplyDelete
  9. Anonymous14:01

    Brad Pitt sih kalo maen bagus dan variatif. Cuman sebagai Benjamin Buton bukanlah pencapaian terbaiknya. Di Babel lebih bagus. Chemistrinya juga lebih oke ma Cate Blanchett.

    ReplyDelete
  10. Anonymous13:38

    pokoknya salut deh buat gilasinema. maklum anda kan yang paling banyak nonton. hehehehe. namanya juga gila sinema. hahahahah

    ReplyDelete