Wednesday, January 28, 2009

Kisah Perebutan Tempat Nikah Dua Sahabat

Judul Film : Bride Wars
Genre : Drama komedi
Pemain : Anna Hathaway, Kate Hudson, Bryan Greenberg, Chris Pratt, Steve Howey, Candice Bergen
Sutradara : Gary Winick
Produksi : Fox 2000 Pictures
Durasi : 96 menit
Rating : 3/5

Kekuatan persahabatan menjadi nilai jual dalam film ini. Meski pada pertengahan cerita dua bintang utama saling berselisih pendapat karena memperebutkan tempat dan waktu pernikahan, akhirnya mereka saling memahami satu sama lain.

Emma (Anna Hathaway) dan Liv (Kate Hudson) menjadi bintang utama dalam film ini. Emma dan Liv sudah lama bersahabat sejak kecil. Mereka memiliki impian yang sama, yaitu menikah pada bulan Juni di The Plaza, gedung mewah yang amat terkenal dan bergengsi untuk melangsungkan pernikahan.

Masalah mulai berkembang ketika Emma dilamar oleh kekasihnya, Fletcher (Chris Pratt). Padahal, selama ini Liv selalu mengatakan kepada teman-temannya bahwa dia akan dilamar oleh Nate (Bryan Greenberg) setelah menemukan kotak cincin di lemari Nate.

Liv yang malu akhirnya meminta Nate untuk segera melamarnya. Nate pun melamar Liv. Karena sama-sama dilamar dan pernikahan segera diselenggarakan, Emma dan Liv mendatangi perencana pernikahan Marion St Claire (Candice Bergen). Mereka meminta pernikahannya dilakukan di The Plaza pada bulan Juni dan tidak bersamaan.

Awalnya ada tiga hari yang kosong untuk menyelenggarakan pernikahan di The Plaza. Namun, karena kesalahan administrasi karyawan Marion, hanya ada satu hari yang tersisa. Emma dan Liv pun kebingungan karena mereka bertekad ingin nikah tempat tersebut pada bulan Juni. Apalagi, Emma ingin hadir di hari bersejarah sahabatnya itu. begitu pula Liv.

Akhirnya mereka membujuk calon pengantin yang mengambil jatah hari pernikahan Emma dan Liv. Upaya itu tidak berhasil. Mereka pun memutuskan bahwa salah satu dari mereka harus ada yang mengalah untuk menikah di hari yang lain dan tidak di The Plaza.

Sayangnya, keduanya tidak ada yang mau mengalah. Mereka pun bertengkar. Upaya-upaya untuk menggagalkan pernikahan dilakukan kedua belah pihak. Misalnya, membuat biru rambut Liv, mencokelatkan warna kulit Emma, hingga membeberkan rahasia besar Emma.

Kendati tema dalam film ini sudah umum, Greg DePaul dan Casey Wilson yang menulis skenario berdurasi 96 menit ini cukup menghibur. Apalagi, dalam perebutan tempat dan waktu pernikahan Emma dan Liv disodori pula adegan konyol sebagai bumbu agar film ini menarik. Dengan begitu, tema film persahabatan yang diangkat tidak basi. Apalagi dikemas pada saat acara pernikahan yang sebetulnya amat sakral.

Dari sisi penceritaan pun, kedua penulis skenario ini mengembangkan alur cerita secara konvensional. Artinya, permasalahan dalam film ini dibuat sesuai alur yang semestinya yang dimulai dengan munculnya masalah, kemudian masalah makin berkembang hingga terjadi klimaks menjelang akhir film. Melalui alur demikian, tema film ini dapat disampaikan ke hati penonton.

Perbedaan karakter kedua sahabat yang akan menikah ini juga digambarkan dengan baik oleh sutradara Gary Winick. Dalam film ini, Emma yang menjadi guru, memiliki kepribadian yang selalu bersimpati terhadap orang lain. Emma lebih memikirkan orang lain dibandingkan dirinya. Adapun Liv kebalikan dari Emma. Dia tak mau memikirkan orang lain. Namun, karena perselisihan tersebut, baik Liv maupun Emma justru menyadari bahwa persahabatan itu penting bagi mereka. Liv juga akan mengubah sifatnya untuk lebih peduli lagi terhadap orang lain.

Sayangnya, di film ada sedikit ganjalan yang tak enak di akhir cerita. Setelah rahasia besarnya terbongkar, Emma tidak jadi menikah dengan Fletcher. Emma ternyata menikah dengan adik Liv, Daniel (Steve Howey), setelah beberapa lama berselang. Kendati sejak awal cerita Daniel kerap muncul dan terlihat akrab dengan sahabat kakaknya, itu tidak menimbulkan ketertarikan antara Emma dan Daniel. Tidak ada chemistry yang menunjukkan kepada penonton bahwa keduanya tertarik.

4 comments:

  1. Anonymous08:36

    pengen nonton film ini....
    soalnya ngefans bgt ma anne hattaway.
    thank resensi filmnya..

    ReplyDelete
  2. Anonymous14:01

    oke mas galuh. terima kasih kembali. silakan nontonya. semoga terhibur. ya.

    ReplyDelete
  3. Anonymous20:48

    Betul bro.

    Endingnya itu menurut gw kurang pas. Harusnya tanpa one year later malah uda bagus banget tuh endingnya. Yang ada kata-kata bahwa kadang orang yang paling mengerti kita are the people that stand by our side all along...

    I cried on that scene for reasons unknown.

    ReplyDelete
  4. Anonymous14:00

    Gw setuju bahwa yang mengetahui diri kita adalah orang-orang di sekelliling kita, bro. Tapi mungkin karena itu, endingnya dibuat emma ma daniel jadi satu. Tapi, sayangnya, alasannya memang kurang kena.

    ReplyDelete