Genre : Drama aksi
Pemain : Robert De Niro, Alpacino, Curtis Jackson, Carla Gugino, John Leguizamo, Donnie Whalberg, Tilby Glover
Sutradara : Jon Avnet
Produksi : Lions Gate Entertainment
Durasi : 103 menit
Rating : 3,5/5
Aktor kawakan Robert De Niro dan Alpacino kembali beradu akting dalam film Righteous Kill yang rilis tahun 2008. Dalam film ini keduanya menjadi pasangan detektif yang mendukung satu sama lain. Yang menarik, penonton akan dikejutkan di akhir film mengenai siapa sesungguhnya yang menjadi pembunuh berantai.
Film ini diawali dari beberapa kejadian pembunuhan yang terus terjadi secara berantai. Menariknya, di setiap peristiwa tersebut ada catatan yang sengaja ditinggalkan oleh sang pembunuh. Catatan tersebut berupa puisi yang berkaitan dengan tindakan para korban pembunuhan tersebut.

Nah, kasus-kasus pembunuhan tersebut ditangani oleh pasangan detektif senior. Adalah Tom ‘Turk’ Cowan (Robert De Niro) dan David ‘Rooster’ Fisk sang detektif tersebut. Mereka selalu datang setiap ada pembunuh berantai tersebut terjadi. Namun, mereka juga tidak sendirian. Ada pula pasangan detektif muda yang menyelidiki kasus tersebut. Mereka adalah Simon Perez (John Leguizamo) dan Ted Riley (Donnie Wahlberg).

Mereka juga dibantu oleh Karen Corelli (Carla Gugino), petugas forensik sekaligus kekasih Turk. Setiap petunjuk yang didapat selalu dibawa dan diidentifikasi oleh Karen.
Sampai akhirnya setiap petunjuk mengarah kepada Spider (Curtis Jackson), penjahat yang cukup dikenal. Akan tetapi, ternyata Spider menyangkal pembunuhan-pembunuhan tersebut. Bahkan, Turk dan Rooster tak bisa menangkap Spider karena tidak ada bukti yang kuat.

Tak Terduga
Jalinan kisah dalam film ini sungguh menarik. Dari awal film, penonton sudah diarahkan untuk ikut terlibat. Bahkan, penonton sepertinya sudah diberi pesan bahwa penjahat tersebut adalah Turk. Buktinya, adalah rekaman video kesaksian Turk di awal film. Apalagi, film yang menggunakan alur mundur ini menggambarkan Turk yang memiliki karakter kasar, keras, temperamental, dan mudah marah.

Rooster berkomentar demikian karena dari hasil forensik, para korban tidak melakukan perlawanan sesaat sebelum dibunuh. Jadi, kuat dugaan polisilah yang menjadi pembunuhan tersebut.

Akan tetapi, siapa sesungguhnya pembunuh berantai tersebut patut untuk ditelusuri. Bahkan, penonton akan terperangah begitu tahu siapa sesungguhnya aktor rentetan pembunuhan tersebut. Tentu itu akan lebih asyik jika menyaksikan film ini hingga akhir.
Udah nonton dan Gw bisa nebak cerita akhirnya, nggak terlalu susah koq :D
ReplyDeleteBetul banget tuh, dua nama gede kayak De Niro dan Pacino ngumpul seharusnya bisa keren jadinya, sayang sutradaranya kurang bisa memaksimalkan para aktornya. Atau jangan2 sutradaranya keder sama 2 nama besar aktor utama kali???
Film Heat garapan Michael Mann yg cuma menampilkan De Niro dan Pacino dalam satu adegan yg hanya beberapa menit dgn dialog sedikit doang, jauh lbh meyakinkan aktingnya.
Gua setuju sekali. Sayang sekali , Jon Avnet tidak mengoptimalkan 'modal' yang sudah dia miliki. Atau mungkin ini karena naskah yang tidak mendukung? Well, yang pasti mubazir banget film ini padahal uda ada Robert De Niro dan Al Pacino. What a waste :)
ReplyDeletetuk: yusahrizal dan bang mupi
ReplyDeleteYoi, betul bro. modal yang udah dapat dari aktor mumpuni tidak dieksplor lebih jauh oleh Avnet. jadinya, film ini kurang gigit. meski begitu, menurut gw yang masih awam soal film, endingya emang gak terduga sama sekali, meski terkesan klise untuk film hollywood.
@ekoadit
ReplyDeletewah, kalau ekoadit sampai bilang diri sendiri awam soal film, saya ini gimana? nyindir yah? atau ikut prinsip merendah demi meninggikan mutu? hehehe.......
Ini sih lebih ke soal sering nonton film misteri/detektif atau tidak. Kebetulan saya suka sekali sama cerita detektif (film dan buku), jadinya kadang2 ada cerita yang punya alur mirip dan ketebak lah kejutan cerita sebelum film berakhir.
NB. Asal tau aja, banyak buku dan film yg suka menyembunyikan antagonis utama dalam "perangkap" tokoh baik-baik sedangkan tokoh protogonisnya dikasih "sangkar" yang anti-hero. konsep kayak beginian biasanya udah kurang laku alias terlalu banyak dipake (gampang ditebak), jadi kayaknya apa yg ditulis bang mupi benar, skenarionya kurang mantap.
wah. hebat-hebat....ternyata banyak baca juga nih bang yusahrizal. salut deh. makanya jadi gampang untuk menebaknya.
ReplyDeletesaya akui memang kalau kebanyakan nonton film-film sejenis bisa gampang menebak nantinya bakal kayak apa. kita juga bisa tahu gaya film-film hollywood kayak apa, bollywood kayak apa, film-film asia cirinya bagaimana. dari situ kita bisa nambah ilmu. hehehe.
kok jadi serius begini ya, ngelantur pula. btw, senang berkenalan dengan anda semua.